sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bukan Lagi Batu Bara, Ini Komoditas Penyokong Ekspor RI April 2023

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
17/05/2023 18:00 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan peningkatan ekspor dan impor pada sejumlah komoditas RI sepanjang April 2023.
Bukan Lagi Batu Bara, Ini Komoditas Penyokong Ekspor RI April 2023. (Foto: MNC Media)
Bukan Lagi Batu Bara, Ini Komoditas Penyokong Ekspor RI April 2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan peningkatan ekspor dan impor pada sejumlah komoditas RI sepanjang April 2023.

Dalam periode yang sama, neraca dagang tercatat surplus sebesar USD3,94 miliar yang ditopang oleh ekspor sebesar USD19,29 miliar. Nilai ekspor ini lebih tinggi dari impor sebesar USD15,35 miliar.

"Neraca perdagangan Indonesia sampai April 2023 surplus 36 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi dalam konferensi pers, Senin (15/5).

Berdasarkan data BPS, dari kinerja ekspor selama April, ada lima komoditas yang meningkat dengan nilai terbesar di antaranya bijih logam, terak, dan abu sebesar USD166,8 juta, timah dan barang daripadanya sebesar USD72,9 juta, kapal, perahu, dan struktur terapung sebesar USD72,3 juta, pupuk sebesar USD21,6 juta dan bahan kimia anorganik sebesar USD14,6 juta.

Selain itu, sejumlah komoditas ekspor utama RI juga mengalami penurunan terbesar sepanjang April 2023. Salah satunya adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya turun USD232,3 juta, kendaraan dan bagiannya turun USD321,6 juta, lemak dan minyak hewan/nabati turun USD451,5 juta, bahan bakar mineral turun USD547,9 juta, serta logam mulia dan perhiasan/permata turun USD573,4 juta.

Dengan demikian, sejumlah komoditas yang menjadi andalan RI seperti batu bara dan minyak sawit tidak lagi menunjukkan kinerja terbaiknya sepanjang April.

Ini karena berbagai harga komoditas tersebut mengalami penurunan harga dan permintaan dari pasar utama.

Jika melihat negara tujuannya, ekspor RI juga mengalami penurunan ke negara China, Amerika Serikat, dan Jepang. Adapun peningkatan tujuan ekspor terjadi di negara Pakistan, Qatar, dan Jerman.

Batu bara berjangka di bursa Newcastle, tolok ukur untuk wilayah konsumen batu bara terbesar di Asia, turun di bawah USD170 per ton dan menjadi level terendah sejak Januari 2022.

Ini karena produksi yang lebih tinggi dan permintaan yang lemah di luar China. Produksi batu bara China naik 5,8% yoy menjadi 734,23 juta ton sepanjang Januari hingga Februari 2023, karena pemerintah mendorong peningkatan produksi.

Di samping itu, India menghasilkan rekor 73,02 juta ton batu bara pada April 2023, naik 8,67% yoy yang mengurangi ketergantungan pada impor.

Namun, setelah kecelakaan fatal di Mongolia Dalam, China menghentikan sementara operasi di 32 lokasi produksi batu bara di wilayah tersebut untuk melakukan pemeriksaan keselamatan nasional.

Meskipun ada peningkatan dalam pembangkit energi bersih, batu bara menyumbang 64% dari pembangkit listrik China sepanjang Q1 2023. Sebaliknya, pasar Uni Eropa membakar lebih sedikit batu bara dan gas sepanjang Oktober 2022 hingga Maret 2023 dengan produksi batu bara turun 11% YoY dan produksi gas turun 38 terawatt jam.

Beberapa komoditas impor juga naik tinggi di antaranya ampas dan sisa industri makanan sebesar USD73,20 juta, daging hewan sebesar USD35,31 juta, barang anyaman sebesar USD30 ribu, olahan dari daging, ikan, krustasea, dan moluska sebesar USD20 ribu, serta kulit berbulu, bulu tiruan, dan barang daripadanya sebesar USD10 ribu. (ADF)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement