sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Cegah Fenomena "Sapi makan Sapi", Dinas Pertanian Rembang Manfaatkan Batang Jagung

Economics editor iNews.id
16/02/2021 12:30 WIB
Bahasa “sapi makan sapi” muncul, karena saat warga kesulitan mendapatkan pakan ternak pada musim kemarau, mereka biasanya menjual sapi untuk membeli pakan. 7
Cegah Fenomena
Cegah Fenomena "Sapi makan Sapi", Dinas Pertanian Rembang Manfaatkan Batang Jagung (FOTO: MNC Media)

IDXChannel – Fenomena “sapi makan sapi” di Kabupaten Rembang ketika musim kemarau, menjadi fokus perhatian Dinas Pertanian Dan Pangan, supaya tidak terulang setiap tahun. 

Bahasa “sapi makan sapi” muncul, karena saat warga kesulitan mendapatkan pakan ternak pada musim kemarau, mereka biasanya menjual sapi untuk membeli pakan. 

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto mengatakan, petani didorong mengoptimalkan seluruh potensi pakan, agar tidak terbuang percuma pada saat stok melimpah seperti sekarang. 

“Berawal dari dorongan pak Bupati kepada kita agar tidak terjadi lagi di Rembang sapi makan sapi ketika musim kemarau, “ ungkap Agus Iwan, Selasa (16/2/2021). 

Dia mencontohkan, saat ini masa panen jagung dan sebentar lagi puncak panen padi. Pihaknya pun menginisiasi untuk memberikan contoh kepada petani untuk tidak membuang pakan ketika berlebih, tapi diolah dan disimpan sebagai persediaan musim kemarau. Batang jagung misalnya, digiling dengan alat chopper. 

Bahkan baru-baru ini, Bidang Peternakan Dinas Pertanian Dan Pangan menggelar parade chopper di Desa Tanjung, Kecamatan Sulang bersama kelompok tani setempat. Batang jagung digiling, selanjutnya difermentasi untuk pakan sapi. 

“Biasanya batang jagung kalau sudah mulai mengering ya dibuang. Tapi ini kita manfaatkan. Hasil penggilingan disimpan, biar pas paceklik nggak bingung, “ ucap dia. 

Agus menambahkan sebagian peralatan chopper ini adalah produk lokal atau karya warga Kabupaten Rembang. Penggerak listrik memakai mesin pompa air. Harganya pun terjangkau, kisaran Rp 1,5 Juta untuk skala rumah tangga dengan 2 – 3 ekor sapi. 

Tujuan dari pemanfaatan alat tersebut, pakan bisa digiling sehingga ukurannya lebih padat dan memerlukan ruangan yang lebih kecil. 

“Jadi kalau selama ini kendalanya adalah tempat penyimpanan, maka dengan cara penggilingan dulu pakai chopper, kendala itu bisa teratasi, “imbuh dia. 

Apabila semakin banyak petani menerapkan program pengolahan pakan, diharapkan mengurangi atau bahkan menghilangkan ketergantungan pakan dari luar daerah. Dengan demikian target untuk mewujudkan swasembada pakan sapi tercapai. (Sandy)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement