IDXChannel - China berencana untuk melonggarkan pembatasan pinjaman di sektor properti. Pasalnya, sejak aturan ini diberlakukan pada 2020 silam, industry real estate di China mengalami kehancuran sepanjang serjarah.
Dengan dilonggarkannya aturann tersebut, China mengizinkan beberapa perusahaan properti untuk menambahkan lebih banyak leverage dengan melonggarkan batas pinjaman, dan mendorong kembali masa tenggang untuk memenuhi target utang yang ditetapkan oleh kebijakan tersebut, menurut orang-orang yang akrab dengan masalah tersebut.
Batas waktu juga diperpanjang setidaknya enam bulan dari tanggal semula 30 Juni, kata orang-orang itu.
Dilansir melalui The Star, Senin (9/1/2023), pelonggaran itu dapat menandai perubahan paling dramatis dalam kebijakan real estat China, menambah langkah-langkah yang dikeluarkan China sejak November untuk mendukung sektor yang babak belur yang menyumbang sekitar seperempat dari ekonomi negara itu.
Yuan memperpanjang kenaikan setelah berita tersebut, dengan mata uang naik sebanyak 0,4 persen menjadi 6,8615 per dolar. Dolar Australia dan won Korea juga memperpanjang kenaikan di tengah sentimen risk-on.
Indeks obligasi dolar China dengan imbal hasil tinggi yang didominasi oleh pengembang melonjak hampir 1,9 persen kemarin, tertinggi sejak Mei tahun lalu.
Aturan tersebut tadinya bertujuan untuk mengurangi leverage pengembang, menurunkan risiko di sektor keuangan, dan membuat rumah lebih terjangkau sebagai bagian dari dorongan kemakmuran bersama Presiden Xi Jinping.
Langkah-langkah tersebut, yang memberlakukan target utang dan arus kas yang ketat pada perusahaan real estat, mencekik likuiditas untuk pengembang dengan leverage tertinggi, berkontribusi pada longsoran gagal bayar dan penghentian konstruksi yang memicu boikot hipotek dan penurunan penjualan di seluruh negeri.
Dengan akses ke pasar kredit sebagian besar ditutup, pengembang telah gagal bayar pada lebih dari 140 obligasi pada tahun 2022, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Secara keseluruhan, pengembang melewatkan pembayaran atas gabungan US$50 miliar (RM220bil) dalam utang domestik dan global berdasarkan jumlah penerbitan.