Dalam demo besar-besaran terhadap kebijakan lockdown, nyatanya mendorong pemerintah China untuk memberlakukan kebijakan pembatasan sosial. Dalam konferensi pers pada pekan lalu, China berencana melonggarkan lockdown di beberapa wilayahnya.
Analis BRI Danareksa sekuritas, Hasan Barakwan dalam risetnya menjelaskan, relaksasi kebijakan menjadi penting karena China menyumbang sekitar 50% permintaan dari logam dasar dunia. Langkah itu pun dinilai bisa menciptakan sentimen positif pada harga komoditas nikel.
Jika pemerintah mengendurkan kebijakan pembatasan, Hasan menilai, dampaknya akan signifikan bagi pasar baja dan berefek positif juga untuk nikel. Produksi baja tahan karat merupakan penyumbang 70% dari konsumsi nikel.
Di sisi lain, Analis Pilarmas Investindo, Desy Israhyanti tak memungkiri bahwa perlambatan ekonomi global berdampak bagi industri pertambangan nikel. Meski demikian, pemerintah Indonesia masih terus berupaya untuk mengajukan banding atas kekalahan dari komisi Uni Eropa WTO.