sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

CIPS Bocorkan Cara Lain Tekan Harga Minyak Goreng Selain BLT 

Economics editor Advenia Elisabeth/MPI
06/04/2022 14:15 WIB
Isu minyak goreng masih menjadi isu yang terus diperbincangkan hingga saat ini.
Isu minyak goreng masih menjadi isu yang terus diperbincangkan hingga saat ini.
Isu minyak goreng masih menjadi isu yang terus diperbincangkan hingga saat ini.

IDXChannel - Isu minyak goreng masih menjadi isu yang terus diperbincangkan hingga saat ini. Sampai-sampai, bulan ini pemerintah menggelontorkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk membantu masyarakat miskin memperoleh minyak goreng di tengah tingginya harga. 

Menurut Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta, ada cara yang dapat ditempuh pemerintah untuk menarik tingginya harga minyak goreng. Yakni, dengan meningkatkan produktivitas kelapa sawit. 

"Peningkatan produktivitas kelapa sawit dapat membantu meredam fluktuasi kenaikan harga minyak goreng. Peningkatan produktivitas membutuhkan kebijakan jangka panjang yang perlu dilakukan secara berkelanjutan," kata Felippa lewat keterangan resminya, Rabu (6/4/2022).

Dia menerangkan, bahwasanya produksi crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit mengalami penurunan sejak tahun 2019. Pada tahun 2021, produksi CPO turun lebih dalam sebesar 0,9% menjadi 46,89 juta ton. 

"Sementara produksi minyak sawit Indonesia untuk semester pertama tahun 2022 diproyeksikan belum mengalami peningkatan karena kesulitan pupuk dan perubahan cuaca," jelas Felippa.

Di samping itu, dia menjabarkan, tingginya harga minyak goreng saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti gangguan rantai pasok di masa pandemi, kenaikan ongkos transportasi, peningkatan jumlah permintaan dan bertambahnya biaya input pertanian. 

"Belum lagi harga pupuk berbasis nitrogen dan fosfat yang sering digunakan petani kelapa sawit naik 50- 80% pada pertengahan 2021. Pupuk menyumbang 30-35% dari total biaya produksi, sehingga kenaikan harga juga akan meningkatkan biaya produksi," tambahnya.

Alhasil, petani kecil yang tidak mampu membayar biaya kemudian akan menggunakan pupuk lebih sedikit dan hal ini akan berakibat pada menurunnya produksi. 

"Tingginya biaya pupuk dapat secara signifikan mempengaruhi produksi minyak sawit oleh petani kecil yang berkontribusi hingga 34 persen dari produksi minyak sawit Indonesia," tandas Felippa. 

(NDA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement