Untuk kepabeanan, Sri Mulyani menyebut, negara mendapatkan sekitar Rp38 triliun yang disumbang oleh bea masuk Rp29 triliun dan bea keluar Rp9 triliun. Untuk bea masuk, penerimaan tumbuh 2,1 persen yang dipengaruhi kenaikan impor sebesar 2,5 persen meskipun tarif efektif menurun.
Untuk bea keluar, tercatat penerimaan sebesar Rp9,3 triliun atau tumbuh 58,1 persen. Hal ini didorong oleh penerimaan dari bea keluar tembaga yang tumbuh 9,28 persen dengan porsi 76,5 persen seiring relaksasi ekspor komoditas tembaga.
Sementara itu, penerimaan bea keluar produk minyak kelapa sawit (crude palm oil atau CPO) turun 60 persen yang dipengaruhi oleh penurunan volume dan harga CPO. Kemenkeu mencatat, penurunan rata-rata harga CPO hingga Juli 2024 mencapai 5,91 persen dan volume ekspor produk sawit juga turun 15,4 persen dari 24,01 juta ton menjadi 20,29 juta ton.
(Rahmat Fiansyah)