IDXChannel - Gita Amperiawan dipercaya oleh Menteri BUMN Erick Thohir untuk menjadi Direktur Utama dan memimpin PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI. Posisi yang diduduki Gita tersebut sebelumnya ditempati oleh Elfin Guntoro.
Pengangkatan Gita bertepatan dengan rencana Kementerian BUMN meresmikan Holding BUMN Pertahanan atau atau Defence Industry Indonesia (Defend ID). Pada akhir bulan ini. Dirgantara Indonesia sendiri sebagai salah satu anggota holding pertahanan.
Lantas siapa sosok Gita Amperiawan?
Mengutip laman resmi PTDI, Gita merupakan perwira tinggi TNI Angkatan Udara berpangkat Marsekal Muda (Marsda). Sebelum ditetapkan menjadi Dirut PTDI, dia dipercaya pemegang saham sebagai Direktur Niaga, Teknologi & Pengembangan PTDI.
Gita pun pernah memangku jabatan sebagai Kepala Subdirektorat Teknologi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Dia juga sempat menjabat sebagai Komandan Unit Pemeliharaan Angkatan Udara Indonesia.
Untuk riwayat pendidikannya, Gita seorang Philosophy Doctor lulusan Cranfield University, Inggris. Sebelumnya dia menamatkan pendidikan sarjana (S1) di Institut Teknologi Bandung.
Kementerian BUMN pun belum memberikan keterangan resmi ihwal pengangkatan Gita Amperiawan sebagai orang nomor satu di jajaran Dirgantara Indonesia. Apalagi, momentum pengangkatan itu sejalan dengan upaya perbaikan ekosistem pertahanan dalam negeri melalui rencana peresmian Defend ID.
Terkait dengan Defend ID, Erick memastikan Holding BUMN Pertahanan akan fokus pada penguatan teknologi (software) untuk industri pertahanan nasional.
Kementerian BUMN dan Kementerian Pertahanan pun sudah merumuskan peta jalan atau roadmap Defend ID hingga 10-20 tahun ke kedepannya. Erick menyebut roadmap memuat langkah-langkah strategi perihal penguasaan teknologi yang mengedepankan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
"Untuk Defend ID sekarang kita tidak terjebak pada hardwear lagi karena kenapa industri pertahanan ke depan adalah daripada software-nya. Karena itu, kita kemarin, kita duduk dengan Menteri Pertahanan untuk membuat roadmap jangka panjang 10 sampai 20 tahun ke depan agar ada keberpihakan dari TKDN," ujar Erick dikutip Jumat (8/1/2022).
Ihwal penyerapan TKDN, Erick optimis Defend ID mampu menyerap komponen atau barang dan jasa dalam negeri hingga di angka 40% persen. Presentasi itu sejak holding diresmikan hingga 2025 mendatang.
"Supaya kita jangan dalam arti membeli produk-produk yang ada tentu di defend, kita juga tentu TKDN-nya juga dilakukan. Ini kita sinkronisasi, kita bersepakat untuk industri pertahanan ini 40 persen TKDN nanti sampai tahun 2025 kalau tidak salah.," kata dia. (TYO)