Bursa saham China mencapai titik tertinggi dalam dua tahun, melonjak 25 persen dalam beberapa hari sejak pertemuan itu, sebelum kembali melemah karena kegelisahan muncul mengingat tidak adanya perincian lebih lanjut tentang rencana pengeluaran tambahan pemerintah.
Reuters melaporkan bulan lalu bahwa China berencana menerbitkan obligasi pemerintah khusus senilai sekitar 2 triliun yuan (USD284,43 miliar atau sekitar Rp4,4 triliun) pada tahun ini sebagai bagian dari stimulus fiskal baru.
Setengah dari dana tersebut akan digunakan untuk membantu pemerintah daerah mengatasi masalah utang, sementara setengah lainnya akan digunakan untuk subsidi pembelian peralatan rumah tangga dan barang-barang lainnya. Selain itu, dana ini juga akan digunakan untuk memberikan subsidi langsung bulanan sekitar 800 yuan, atau USD114 (Rp1,7 juta), per anak untuk semua rumah tangga yang memiliki dua anak atau lebih.
Secara terpisah, Bloomberg News melaporkan bahwa China juga mempertimbangkan untuk menyuntikkan modal hingga 1 triliun yuan ke bank-bank negara raksasanya untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam mendukung perekonomian, terutama dengan menerbitkan obligasi pemerintah baru.
Penerbitan utang tambahan di China biasanya tunduk pada persetujuan resmi oleh parlemennya yang hanya menyetujui.