Rusia masih menghasilkan sekitar EUR640 juta per hari dari mengekspor bahan bakar fosil, termasuk LNG, Crude, dan batu bara turun dari level tertinggi EUR 1000 juta di bulan Maret hingga Mei 2022.
Meski demikian, Uni Eropa tetap menjadi importir minyak terbesar dari Rusia pada bulan Desember.
Namun hal ini diprediksi akan berubah karena Jerman akan berhenti mengimpor minyak pipa Rusia pada akhir Desember dan larangan produk minyak Rusia akan mulai berlaku pada bulan Februari tahun ini.
Di belahan dunia lain, Jepang masih menjadi importir LNG terbesar dari Rusia.
Rusia sejauh ini telah menghasilkan EUR 3,1 miliar pengiriman minyak mentah dengan kapal yang menggunakan batas harga, menghasilkan pendapatan pajak sekitar EUR 2 miliar kepada pemerintah Rusia.
Koalisi batas harga barat ini cukup memiliki pengaruh yang kuat untuk menekan batas harga. Dalam hal ini, Rusia belum menemukan alternatif yang berarti untuk kapal pengangkutan minyak yang akan digunakan dalam pengiriman melalui jalur pelabuhan Baltik dan Laut Hitam.
Di Pasifik, Rusia terus menggunakan kapal tanker yang diasuransikan Inggris untuk menjual minyak ke China. Meskipun harga pasar minyak tersebut berada di atas level batas harga.
CREA menyebut, diperlukan langkah-langkah baru terhadap perusahaan asuransi dan kapal tanker yang terlibat dalam perdagangan ini.
Di lain pihak, biaya konflik perang di Ukraina dan dampak ekonomi akibat sanksi energi telah mendorong Rusia untuk berhutang.
Defisit anggaran Rusia meningkat ke tingkat rekor pada bulan Desember, menyusul penerapan sanksi yang lebih ketat terhadap energi Rusia dari AS dan Uni Eropa.
Kesenjangan fiskal meningkat menjadi sekitar USD56 miliar, dengan pengeluaran keseluruhan untuk tahun 2022 meningkat sekitar sepertiga dibandingkan dengan prediksi sebelum perang. Ini berjumlah sekitar 2,3% dari PDB negara Beruang Merah. (ADF)