sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Drama Batas Harga Minyak Berlanjut, Rusia Bisa Kehilangan Rp2,6 Triliun per Hari

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
03/02/2023 16:39 WIB
Rusia termasuk negara yang cukup bergantung pada pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil.
Drama Batas Harga Minyak Berlanjut, Rusia Bisa Kehilangan Rp2,6 Triliun per Hari. (Foto: MNC Media)
Drama Batas Harga Minyak Berlanjut, Rusia Bisa Kehilangan Rp2,6 Triliun per Hari. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Penerapan batas harga minyak Rusia berdampak bagi perekonomian negeri Beruang Merah.

Rusia termasuk negara yang cukup bergantung pada pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil.

Uni Eropa telah mengambil langkah besar sepanjang tahun lalu untuk menghentikan ketergantungannya pada impor bahan bakar dari Rusia. Ini dilakukan untuk menghentikan pembiayaan perang Rusia-Ukraina.

Mengutip Reuters (11/01/23), pada 2022, produksi minyak Rusia naik 2% menjadi 535 juta ton atau setara 10,7 juta barel per hari (bpd), sementara ekspor melonjak 7,5%.

Produksi diperkirakan turun 5% hingga 7% pada awal 2023 sebagai tanggapan atas pembatasan harga produk mentah dan olahan Rusia.

Sementara Oil Price melaporkan di awal Januari lalu, ekspor minyak mentah Rusia secara keseluruhan melalui laut turun 117.000 bpd dengan basis rata-rata empat minggu menjadi 2,61 juta bpd selama empat minggu terakhir tahun 2022.

Rugi Bandar

Tingginya harga minyak pada 2022 sempat membuat sempat Rusia mendapat durian runtuh di pertengahan tahun lalu.

Namun, rejeki Rusia kian sedikit setelah Eropa memberlakukan pengurangan konsumsi bahan bakar fosil yang didorong oleh batas harga.

Dilaporkan oleh Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), pendapatan Rusia dari ekspor bahan bakar fosil turun 17% pada bulan Desember tahun lalu. Ini merupakan ke level terendah sejak dimulainya invasi besar-besaran negara itu ke Ukraina.

Menurut Statista, pendapatan ekspor minyak mentah Rusia hanya mencapai 379,2 juta Euro per hari, turun dari bulan sebelumnya 427,9 juta Euro per hari. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Menurut CREA, larangan konsumsi minyak Rusia beserta pembatasan harga berpotensi membebani ekonomi rusia sekitar 160 juta Euro per hari atau setara Rp2,6 triliun.

Sebelumnya, penurunan volume ekspor dan harga minyak Rusia berpotensi memangkas pendapatan ekspor negara tersebut sebesar EUR 180 juta per hari.

Namun, Rusia berhasil mengurangi kerugian sekitar EUR 20 juta per hari dengan meningkatkan ekspor produk minyaknya ke beberapa negara di luar Eropa.

Berdasarkan data CREA, penurunan ekspor minyak mentah Rusia sebesar ini sebesar 12% dan penurunan harga jual sebesar 23% dan menyebabkan penurunan pendapatan minyak mentah Rusia sebesar 32% pada akhir Desember lalu.

Rusia masih menghasilkan sekitar EUR640 juta per hari dari mengekspor bahan bakar fosil, termasuk LNG, Crude, dan batu bara turun dari level tertinggi EUR 1000 juta di bulan Maret hingga Mei 2022.

Meski demikian, Uni Eropa tetap menjadi importir minyak terbesar dari Rusia pada bulan Desember.

Namun hal ini diprediksi akan berubah karena Jerman akan berhenti mengimpor minyak pipa Rusia pada akhir Desember dan larangan produk minyak Rusia akan mulai berlaku pada bulan Februari tahun ini.

Di belahan dunia lain, Jepang masih menjadi importir LNG terbesar dari Rusia.

Rusia sejauh ini telah menghasilkan EUR 3,1 miliar pengiriman minyak mentah dengan kapal yang menggunakan batas harga, menghasilkan pendapatan pajak sekitar EUR 2 miliar kepada pemerintah Rusia.

Koalisi batas harga barat ini cukup memiliki pengaruh yang kuat untuk menekan batas harga. Dalam hal ini, Rusia belum menemukan alternatif yang berarti untuk kapal pengangkutan minyak yang akan digunakan dalam pengiriman melalui jalur pelabuhan Baltik dan Laut Hitam.

Di Pasifik, Rusia terus menggunakan kapal tanker yang diasuransikan Inggris untuk menjual minyak ke China. Meskipun harga pasar minyak tersebut berada di atas level batas harga.

CREA menyebut, diperlukan langkah-langkah baru terhadap perusahaan asuransi dan kapal tanker yang terlibat dalam perdagangan ini.

Di lain pihak, biaya konflik perang di Ukraina dan dampak ekonomi akibat sanksi energi telah mendorong Rusia untuk berhutang.

Defisit anggaran Rusia meningkat ke tingkat rekor pada bulan Desember, menyusul penerapan sanksi yang lebih ketat terhadap energi Rusia dari AS dan Uni Eropa.

Kesenjangan fiskal meningkat menjadi sekitar USD56 miliar, dengan pengeluaran keseluruhan untuk tahun 2022 meningkat sekitar sepertiga dibandingkan dengan prediksi sebelum perang. Ini berjumlah sekitar 2,3% dari PDB negara Beruang Merah. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement