"Kita sudah menyediakan pembangunan pembangkitan 10.000 MW tahap satu dan tahap dua. Kemudian pemerintahan selanjutnya Presiden Jokowi ada 35.000 MW harapannya dapat menjadi penggerak ekonomi, sehingga datang ke Indonesia investor tidak sulit lagi ada infrastrukturnya," jelas Bob.
PLN di wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah memiliki cadangan daya mencapai 664 MW, sehingga permintaan pasokan listrik untuk smelter PT SILO dan KI SIIP dapat terpenuhi.
"Sistem kelistrikan Barito yang ada di Kalselteng saat ini sudah terinterkoneksi dengan sistem kelistrikan Mahakam di Kaltim sehingga makin andal dengan cadangan daya sebesar 664 MW, sehingga kami sangat siap untuk mendukung perkembangan dunia usaha termasuk industri," papar Bob.
Bob menjelaskan, penyediaan energi listrik sebesar 75 MVA untuk kebutuhan PT SILO yang bergerak di bidang industri biji besi ini dibagi kedalam 3 tahap yaitu dari 30 MVA pada April 2022, meningkat menjadi 45 MVA pada Juni 2022 dan terakhir bertambah menjadi 75 MVA pada Februari 2023.
Dengan tersediaannya tenaga listrik sebesar 75 MVA pada Februari 2023, PLN mendukung keberlangsungan industri pertambangan mineral atas pembangunan dan operasional smelter di Kalimantan Selatan. Pasalnya, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan Batubara (Minerba) menetapkan ekspor produk mineral yang belum dimurnikan di dalam negeri akan ditutup pada Juni tahun 2023. Jika smelter belum beroperasi hingga juni 2023 maka para pengusaha tidak bisa melakukan ekspor produk mineral logam tertentu yang belum dimurnikan ke luar negeri.