“Tantangan tetap ada. Ketegangan geopolitik menimbulkan risiko jangka pendek, rasio utang publik masih tinggi dan prospek pertumbuhan jangka menengah terlalu lemah," katanya.
Untuk menjaga stabilitas ekonomi makro, diperlukan pelonggaran kebijakan moneter yang dikalibrasi dengan cermat untuk memastikan tekanan inflasi terkendali secara berkelanjutan dan pembangunan kembali ruang fiskal untuk mengantisipasi tekanan pengeluaran di masa mendatang.
"Untuk meningkatkan produktivitas dan fondasi pertumbuhan, kita harus meningkatkan upaya pendidikan dan pengembangan keterampilan, memperlancar investasi bisnis, dan mengatasi kekurangan tenaga kerja," katanya.
Prospek pertumbuhan ekonomi sangat bervariasi di berbagai kawasan. Produk domestik bruto (PDB) di Amerika Serikat (AS) diproyeksikan tumbuh 2,8 persen pada 2025, tetap tinggi maupun lebih rendah dari tahun sebelumnya. Di Kawasan Euro, pertumbuhan PDB diproyeksikan naik menjadi1,3 persen tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi di Jepang diproyeksikan juga meningkat sebesar 1,5 persen pada 2025. Sementara itu, perekonomian China diperkirakan akan terus melambat, dengan pertumbuhan PDB sebesar 4,7 persen pada 2025.