Stagflasi dipengaruhi geopolitik perang Rusia Ukraina yang menyebabkan suplai gandum terganggu. Apalagi negara tersebut menyuplai hampir 20 persen pasokan dunia. Sistem ekonomi Indonesia yang terbuka, memungkinkan kondisi ekonomi dunia berimbas ke Tanah Air.
"Kami sudah berupaya menghadapi risiko stagflasi ini. Kita sudah biasa menghadapi berbagai krisis, mulai tahun 1997, 2008, 2018. Setidaknya Ini menjadi modal yang baik buat kita untuk meminimalisir terjadinya efek yang lebih besar," katanya.
Beberapa hal yang juga akan mendorong ekonomi Jabar terus membaik adalah kinerja ekspor diperkirakan masih terus naik, misalnya pada Mei naik 17,73 persen. Artinya manufaktur pada fase ekspansif lantaran terbukanya pasar baru di Australia dan Timur Tengah.
Di sisi lain, pembangunan infrastruktur juga terus terjadi, misalnya pembangunan tol, kawasan industri, investasi mobil listrik, dan lainnya.
"Kami koreksi pertumbuhan ekonomi Jabar menjadi tumbuh antara 4,6 sampai 5,4 persen, turun lebih rendah 0,3 persen dari target sebelumnya," jelas dia.
(DES)