"Ini mencakup pembiayaan baru dari negara-negara Teluk dan lainnya melalui divestasi aset milik negara yang sedang berlangsung, serta bentuk pembiayaan tradisional dari kreditur multilateral dan bilateral," ujar IMF, dikutip dari Bloomberg, Minggu (18/12/2022).
Negara Afrika Utara itu mendevaluasi mata uangnya pada Maret 2022. Selanjutnya kembali melakukan hal yang sama sebesar 18% Oktober.
Perekonomian dengan nilai USD400 miliar mengalami telah menghadapi krisis valuta asing terburuk sejak kekurangan dolar setengah dekade yang lalu. Kondisi ini mendorong devaluasi dan akhirnya menghasilkan pinjaman IMF sebelumnya sebesar USD12 miliar.
Mesir telah meminta IMF memberikan lebih banyak dukungan melalui Ketahanan dan Keberlanjutan Trust yang baru yang dimulai tahun ini. Itu bisa menyediakan dana tambahan sebanyak USD1,3 miliar untuk membantu tujuan kebijakan terkait iklim.
IMF memperkirakan kesenjangan pendanaan eksternal Mesir akan menjadi USD16 miliar selama durasi program 46 bulan, kata Menteri Keuangan Mohamed Maait bulan lalu.
Sekutu Teluk yang kaya dengan energinya telah menjanjikan lebih dari USD20 miliar dalam bentuk simpanan dan investasi untuk mendukung negara yang dipandang sebagai kunci utama regional.
(Penulis: Ibadikal Mukhlisina/Magang)
(FAY)