Rasa sakit akibat inflasi akan lebih buruk daripada rasa sakit akibat meningkatnya pengangguran dalam resesi.
"Apa kesamaan resesi dan inflasi? Mereka memisahkan orang dari kemampuan untuk membeli hal-hal yang mereka inginkan dan butuhkan. Dan dalam hal ini, masalah inflasi benar-benar memengaruhi lebih banyak orang daripada jumlah pengangguran yang lebih besar dalam situasi ini," jelas Hamrick.
Resesi hampir tak terhindarkan setelah inflasi mencapai 5%. "Saya tentu tidak berpikir itu akan menjadi seperti krisis keuangan (2008). Hal-hal yang terjadi setelah pandemi dimulai. Inflasi yang mengakar, dan jauh lebih merusak daripada resesi singkat," ujarnya.
Rata-rata resesi sejak 1950 hanya berlangsung selama 10 bulan, tetapi ekspansi tipikal berlangsung selama 59 bulan.
CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon telah memperingatkan selama berbulan-bulan tentang badai ekonomi. "Ada banyak hal di cakrawala yang buruk dan yang bisa menempatkan AS dalam resesi," kata Dimon.
“Tapi itu bukan hal terpenting yang kami pikirkan. Saya akan lebih khawatir tentang geopolitik dunia saat ini," sambungnya.
Perang di Ukraina, Rusia yang agresif, ketegangan antara AmS dan China, serta hubungan yang retak dengan Arab Saudi, semuanya juga menimbulkan risiko.
Di AS, ekonomi tumbuh, pekerjaan berlimpah, inflasi menunjukkan tanda-tanda akan kembali dan pasar saham telah pulih kembali. Sedangkan di Eropa harga gas turun.
Sementara di China, pertumbuhan lebih baik dari yang diharapkan, meskipun ada kebijakan nol-Covid.
(FAY)