sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ekspektasi Inflasi Tahun Depan Kembali Meningkat, Beban Makroekonomi AS Menghantui

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
11/04/2023 12:12 WIB
Pasar tengah menanti data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Maret 2023 sepanjang pekan ini.
Ekspektasi Inflasi Tahun Depan Kembali Meningkat, Beban Makroekonomi AS Menghantui. (Foto: MNC Media)
Ekspektasi Inflasi Tahun Depan Kembali Meningkat, Beban Makroekonomi AS Menghantui. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pasar tengah menanti data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Maret 2023 sepanjang pekan ini. Bulan sebelumnya, indeks harga konsumen (IHK) AS naik 6% pada Februari 2023 secara year-on-year (yoy).

Mengutip Bloomberg News (14/3/2023), inflasi AS periode Februari ini juga terpantau lebih rendah dibandingkan inflasi Januari 2023 yang mencapai 6,4 persen yoy.

Dibandingkan bulan sebelumnya, secara month-on-month (mom), inflasi AS mencapai 0,4% pada Februari, lebih rendah dari Januari 2023 dengan inflasi 0,5%. Angka inflasi AS juga sesuai konsensus ekonom dalam survei.

Dalam jangka panjang, ekspektasi inflasi konsumen AS hingga tahun depan juga diperkirakan naik menjadi 4,7% pada Maret 2023. Angka ini rebound dari pembacaan level terendah hampir 2 tahun sebesar 4,2% yang dicapai pada Februari 2023.

Pembacaan ini juga menjadi peningkatan ekspektasi inflasi pertama dalam lima bulan terakhir, karena berdasarkan ekspektasi konsumen harga cenderung lebih tinggi untuk rumah dengan kenaikan inflasi sebesar 1,8% versus 1,4% pada pembacaan bulan sebelumnya.

Di samping itu, pendidikan di perguruan tinggi juga menjadi aspek yang menyumbang inflasi sebesar 8,9% dibanding pembacaan sebelumnya sebesar 8,1%.

Di sisi lain, ekspektasi menurun tajam untuk harga makanan dari sebelumnya 9% menjadi 5,9%, dan penyewaan turun tipis menjadi 9,2% dibanding sebelumnya 9,6%.

Data New York Fed juga menambahkan, ekspektasi inflasi untuk jangka waktu tiga tahun ke depan meningkat menjadi 2,8% dari 2,7%, tetapi turun menjadi 2,5% dari 2,6% pada jangka waktu lima tahun ke depan.

Pada saat yang sama, survei Fed New York juga menunjukkan bahwa persepsi akses kredit di AS memburuk, dengan proporsi rumah tangga mengatakan lebih sulit untuk mendapatkan kredit dibandingkan tahun lalu meningkat menjadi 58,2% dan mencapai rekor tertinggi.

Sementara menurut model makro global Trading Economics dan ekspektasi analis, inflasi di AS dapat diharapkan menjadi 4% pada akhir kuartal ini.

Masih Terbebani Kondisi Makroekonomi

Serangkaian data makroekonomi AS memang menunjukkan pendinginan yang berdampak pada ekspektasi inflasi ke depan dan kenaikan suku bunga The Fed.

Data menunjukkan nonfarm payrolls (NFP) AS meningkat 236 ribu pada Maret, sejalan dengan perkiraan 239 ribu. Data untuk Februari direvisi lebih tinggi yang menunjukkan penambahan 326 ribu pekerjaan, lebih tinggi dari 311 ribu seperti yang dilaporkan sebelumnya.

Tingkat pengangguran di negeri Paman Sam juga turun menjadi 3,5% dari sebelumnya 3,6% pada Februari. Penghasilan per jam rata-rata, yang mencerminkan inflasi upah, naik 0,3% pada Maret setelah naik 0,2% pada Februari.

Industri di AS juga masih berjuang untuk kembali pulih. Indeks S&P PMI Jasa di AS direvisi lebih rendah menjadi 52,6 pada Maret 2023 dari perkiraan awal 53,8, dan dibandingkan dengan 50,6 pada bulan sebelumnya.

Data terbaru tersebut menunjukkan kenaikan produksi paling tajam sejak Juni 2022, didorong oleh ekspansi pertama dalam bisnis baru sejak September lalu.

Namun, meski permintaan domestik terus mendukung peningkatan, tetapi pesanan ekspor baru turun lebih jauh.

AS juga masih terbebani defisit perdagangan yang meningkat menjadi USD70,5 miliar pada Februari 2023, tertinggi dalam empat bulan dan sedikit di atas perkiraan pasar sebesar USD69 miliar.

Ini mencerminkan peningkatan defisit barang dari USD2,7 miliar menjadi USD93 miliar dan peningkatan surplus jasa dari USD0,8 miliar menjadi USD22,4 miliar.

Total ekspor negeri Paman Sam juga turun 2,7% dari Januari menjadi USD251,2 miliar, dipimpin oleh penurunan penjualan gas alam, emas nonmoneter, mobil penumpang, sediaan farmasi, dan pesawat sipil sementara penjualan naik untuk berlian permata dan perjalanan.

Penjualan ritel di AS juga turun 0,4% secara bulanan pada Februari 2023, dibandingkan dengan perkiraan pasar sebesar 0,3%,. Penurunan ini mengikuti lonjakan 3,2% yang direvisi naik pada Januari yang merupakan kenaikan terbesar sejak Maret 2021.

penurunan terbesar terlihat pada penjualan di toko furnitur (-2,5%), layanan makanan dan tempat minum (-2,2%), pengecer lain-lain (-1,8%), kendaraan bermotor dan dealer suku cadang (-1,8%), toko pakaian (-0,8%) %), dan bensin (-0,6%). (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement