3. Sektor dominan masih berkinerja lamban
Adapun empat sektor ekonomi yang memiliki kontribusi double digit bagi pertumbuhan ekonomi (yaitu sektor industri, pertambangan, pertanian, dan perdagangan) kesemuanya tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022 (5,44 persen yoy). Padahal secara distribusi pertumbuhan keempat sektor tersebut mendominasi PDB (Produk Domestik Bruto) hingga 56,59 persen). Dengan masih lambannya pertumbuhan sektor-sektor yang mendominasi PDB ini, menggambarkan masih adanya belenggu persoalan yang menjadi batu sandungan bagi pemulihan di masing-masing sektor.
"Dengan kondisi demikian sesungguhnya masih ada ruang ke depan untuk bisa mendorong empat sektor penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia ini agar mampu tumbuh lebih tinggi atau bahkan kembali ke jalur pertumbuhan rata-rata di atas pertumbuhan ekonomi nasional guna memperkuat daya tahan ekonomi dari ancaman resesi perekonomian global ke depan," tulis INDEF.
4. Windfall ekspor jangan kendor
Tekanan inflasi yang meningkat di negara-negara mitra dagang utama Indonesia bisa berisiko menggerus surplus di periode dua triwulan mendatang. Ketika daya beli negara mitra dagang utama tertekan, maka konsekuensinya permintaan barang dan jasa bisa saja berkurang. Persoalan berpotensi lebih rumit karena implikasinya dapat menjalar ke pundi-pundi cadangan devisa yang berisiko ikut menyusut. Kenaikan ekspor ini ditandai dengan meningkatnya total ekspor dari USD102,88 miliar pada Januari-Juni 2021 yang lalu menjadi USD141,07 miliar pada Januari-Juni 2022 atau terjadi kenaikan 37,11 persen.