“Dengan keterbukaan ini membangun trust dari semua pihak bukan cuma masyarakat (Indonesia), termasuk dunia Internasional terhadap pengendalian pandemi di Indonesia,” imbuhnya.
Lebih lanjut, indikator angka kematian dinilainya sebagai media dan bahan untuk strategi komunikasi risiko. Hal ini khususnya ditunjukan pada masyarakat.
“Angka kematian kan menunjukan keparahan tadi, nah sehingga masyarakat harus menyadari itu dengan 5Mnya, mendukung 3T juga program vaksinasi, jadi itu bagian dari strategi komunikasi risiko, ini ada karena indikator penilaian angka kematian itu,” lanjutnya.
Dicky tidak menampik bahwa di Indonesia terdapat keterbatasan data angka kematian yang tidak ‘real time’. Namun hal tersebut dinilainya sebagai hal yang wajar, apalagi di tengah masa pandemi.
“Itu kita perbaiki, adanya distorsi juga hal yang wajar dalam situasi saat ini, jangankan masa pandemi, kitakan belum dalam negara yang kapasitas laporan kematiannya memadai, kita itu terbatas,” sambungnya.