IDXChannel - Riset lembaga survei market logistik Indonesia memproyeksikan bisnis pengiriman barang dan jasa bakal melonjak sekitar 7,9 persen pada 2023.
Apalagi di era endemi makin banyak pihak yang membutuhkan jasa pengiriman barang. Baik masyarakat, perusahaan, hingga pemerintah sekalipun.
Belum lagi tren belanja online masih menjadi gaya hidup praktis yang digandrungi berbagai kalangan. Semakin banyak yang memanfaatkan e-commerce, maka jasa pengiriman barang pun semakin dibutuhkan.
Di sisi lain, belum ada teknologi pemindah barang yang dapat menggantikan bisnis jasa pengiriman. Menurut International Franchise Association, bisnis jasa ekspedisi memiliki potensi dan prospek paling unggul hingga 2030 mendatang.
Hal ini menjadi alasan mengapa bisnis jasa pengiriman barang semakin menjamur mulai dari kota-kota besar hingga ke daerah di kabupaten/kota sekalipun.
Adapun pengiriman barang melalui platform e-commerce masih terus mengalami kenaikan, terlebih pada event-event tertentu khususnya Ramadan dan menjelang Lebaran. Bahkan, masih banyak juga yang melakukan pengiriman barang secara end to end tanpa melalui platform jual beli online.
Prospek bisnis jasa kurir yang positif tersebut dibenarkan oleh Ketua DPW ALFI DKI Jakarta Adil Karim. Ia menyebut, perusahaan-perusahaan baru di sektor logistik mulai bermunculan sejak awal 2023 seiring dengan meredanya pandemi Covid-19. Fenomena itu tercermin dengan bergabungnya sejumlah perusahaan forwarder dan logistik di DKI yang menjadi anggota ALFI.
"Pelaku logistik tetap optimistis pertumbuhan ekonomi nasional akan terus membaik kedepannya. Karena itu, semua pihak perlu sama-sama menjaga untuk terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi di 2022 lalu sehingga diharapkan bisa terus berlanjut pada tahun ini dan tahun-tahun berikutnya," ujar Adil dalam keterangan tertulis, Kamis (9/2/2023) lalu.
Mengutip Market review IDX Channel, proyeksi kenaikan bisnis logistik bergantung dengan pertumbuhan ekonomi secara makro dan sektoral. Pasalnya, logistik menjadi salah satu industri penggerak signifikan pertumbuhan ekonomi nasional.
Adapun ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksi mencapai 5,3%. Sejalan dengan itu, realisasi Penanaman modal dalam negeri (PMDN) ataupun penanaman modal asing (PMA) di sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi mencapai Rp134,3 triliun pada 2022.
Capaian realisasi investasi tersebut berada di posisi ketiga setelah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya yang mencapai Rp171,2 triliun.
“Optimisme itu dapat kita lihat dari sisi pencapaian investasi di berbagai sektor industri di Tanah Air, termasuk sektor transportasi dan logistik," kata Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi dalam keterangan resminya, Minggu (12/2/2023).
Meski demikian, industri logistik dinilai harus bisa berinovasi serta memanfaatkan peluang yang belum sepenuhnya tergarap. Misalnya mendorong pemanfaatan teknologi digital hingga menggandeng pelaku UMKM dalam rantai pertambahan nilai global.
Begini Strategi JNE Hadapi Gempuran Bisnis Pengiriman Barang
PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) yang berdiri pada 1990 lalu memiliki sejumlah strategi dalam menjalankan bisnisnya. Semula JNE hanya bergerak di bidang usaha jasa pengiriman dan pendistribusian.
Namun kini telah memperluas bidang usahanya hingga jasa pengiriman makanan khas daerah (PESONA), jasa kepabeanan, penjemputan di bandara, dan pengiriman uang/money remittance.
Pada akhir 2012, JNE memisahkan divisi Logistik, menjadi unit usaha tersendiri dan terpisah dari unit kurir ekspres. Setahun kemudian, JNE melakukan ekspansi di bidang logistik, dengan berfokus pada layanan yang mencakup pergudangan,
cargo, pengiriman jalur darat, sea freight, dan air freight.
Lalu JNE melakukan optimalisasi Mobile Applications untuk meningkatkan service berupa trace tracking kiriman, kemudahan transaksi digital, Free Pick up dan COD pada 2014.
Tiga tahun setelahnya, JNE membangun EFulfillment di beberapa cabang yaitu Warehouse Management System yang terintegrasi terkait warehousing, order fulfillment, technology development, shipping management dan delivery, menjadi solusi lengkap untuk para UKM di seluruh Indonesia.
Dalam menyikapi perkembangan ekonomi digital, JNE menggunakan Autonomous Data Warehouse Cloud, yakni teknologi terbaru dari Oracle yang mencakup Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) dalam mempercepat pengiriman barang.
Platform baru ini dapat memantau lebih dari seratus layanan JNE seperti track and trace pada pengiriman ekspres. Hal ini memungkinkan konsumen untuk mengetahui di mana paket mereka berada di setiap tahap perjalanan pengiriman barang.
Untuk memudahkan konsumen, JNE menyediakan berbagai sistem pembayaran mulai dari bank transfer, e-payment hingga cash on delivery (COD).
Selain menerapkan teknologi digital, JNE melakukan ekspansi jaringan yang mencapai 8.000 lebih di seluruh Indonesia. Termasuk bekerja sama dengan PT Pelindo Solusi Logistik (PSL) dalam pengembangan layanan logistik di pelabuhan yang berbasis digital, baik untuk skala retail maupun korporasi.
Selanjutnya melengkapi Hub JNE Express di Bandara Internasional Bali Utara untuk mempercepat proses pelayanan distribusi logistik di kawasan Indonesia Timur. Pada tiga tahun lalu, JNE telah membangun Mega Hub di area Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk mempercepat pensortiran ratusan ribu paket per hari.
Melalui berbagai strategi bisnis tersebut, JNE berhasil mencatatkan volume pengiriman barang per hari mencapai 1,6 juta paket. Angka pertumbuhan pengiriman barang tersebut mencapai lebih dari 30 persen per tahun.
Adapun 70 persen pendapatan JNE berasal dari sektor ritel. Sisanya, disokong oleh korporat. Dari 70 persen pendapatan ritel itu, separuhnya bersumber dari transaksi e-commerce.
Bila melihat sebaran wilayah, transaksi terbesar masih berada di Jabodetabek lantaran didukung populasi yang padat. Sekitar 50 sampai 60 persen aktivitas pengiriman barang terjadi di wilayah tersebut, sisanya berasal dari luar Jabodetabek.
"Tidak hanya itu saja, dengan perkembangan e-commerce yang begitu cepat, maka kebutuhan akan pengiriman barang ikut merasakan pertumbuhan dan peningkatan yang signifikan. JNE tetap optimis industri logistik ini akan terus tumbuh," ujar VP of Marketing JNE Eri Palgunadi dalam keterangan resmi, Senin (27/3/2023).
Ia menambahkan, biasanya volume pengiriman JNE akan melonjak 20-30% pada peak season seperti Ramadan dan Idulfitri. "Oleh karena itu, menghadapi kondisi ini, JNE telah melakukan berbagai antisipasi dan persiapan seperti, penambahan di sektor SDM dan armada, dari jumlah karyawan yang saat ini berjumlah lebih dari 50 ribu orang," ujarnya.
Untuk mendorong UMKM bangkit bersama, JNE menggelar berbagai pelatihan demi memaksimalkan penjualan produk. Mulai dari cara pengemasan paket hingga pemanfaatan produk layanan JNE yang sesuai dengan kebutuhan para pelaku UMKM.
“UMKM di Jakarta memiliki potensi untuk berkembang apabila dapat memaksimalkan penjualan secara online. Karena itulah JNE hadir dan menyelenggarakan program JNE Ngajak Online 2023 yaitu JNE melakukan engagement dengan UMKM Lokal di 10 kota dengan mengedukasi dan mengintegrasi baik offline maupun online sehingga 360 marketing tercipta,” tambahnya.
Tantangan Bisnis Logistik Tanah Air
Berdasarkan data Logistics Performance Index (LPI) yang dirilis oleh Bank Dunia, indikator kinerja logistik antarnegara di dunia menempatkan Indonesia pada peringkat 46 dari 160 negara di 2018.
Mengutip data dari laman Kementerian Keuangan, biaya logistik Indonesia mencapai 23,5% dari produk domestik bruto (PDB). Angka lebih tinggi dibandingkan biaya logistik negara-negara di kawasan ASEAN, seperti Malaysia yang hanya mencapai 13% dari PDB.
Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus menilai, tingginya biaya logistik menjadi beban tersendiri khususnya bagi industri manufaktur. Salah satu tantangan besar yakni belum meratanya infrastruktur konektivitas sehingga biaya logistik pun sulit ditekan.
“Nah, kalau dilihat dari komponen logistik itu sendiri yang paling besar adalah transportasi. Jadi biaya transportasi itu dominan ya dalam struktur logistik,” ucap Heri di Jakarta, Senin (6/3/2023).
Hal serupa disampaikan Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Hendri Ginting.
Menurutnya, tantangan bisnis logistik di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi geografis dan karakteristik lingkungan yang beragam, serta belum meratanya pembangunan infrastruktur.
"Hal itu dapat diatasi melalui kolaborasi antara Kementerian Perhubungan dengan Badan Usaha Pelabuhan untuk mengoptimalkan penataan pelabuhan, selain itu menerapkan skema pendanaan kreatif pada beberapa pelabuhan melalui Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)," ujarnya dalam sebuah pernyataan.
(DES)