"Ke depan pasti kita konsultasi ke bapak Presiden dan Kemenkes, apakah vaksin ini akan diubah namanya. Dalam mencantumkan sebuah nama, bukan berarti jemawa, arogan, atau sombong seakan-akan klaim satu kelompok, tidak, tapi diregister awal harus lakukan itu, kalau tidak nanti tidak tahu itu siapa," tutur Erick.
Dia mencatat tujuan awal vaksin BUMN untuk vaksin primer. Namun tidak menutup kemungkinan menjadi vaksin booster seperti yang diharapkan pemerintah. Erick mengatakan, tahap awal vaksin BUMN ditargetkan sebanyak 120 juta vaksin untuk kebutuhan dalam negeri.
"Tapi tidak produksi kita bisa mencapai 500 juta, ini kalau nanti diperlukan perbesar apalagi kita ingin Indonesia jadi hub produksi vaksin dunia, ya kita bisa tingkatkan," tutup Erick. (RRD)