Krisis yang terjadi di China lebih kepada disebabkan oleh mis manajemen perusahaan. Pada tahun-tahun sebelum krisis 2021, Evergrande dilaporkan melakukan ekspansi yang agresif, termasuk usaha di bidang kendaraan listrik, taman hiburan, energi, dan banyak sektor lainnya.
Pada 21 September 2021, Financial Times melaporkan bahwa Evergrande menggunakan investasi keuangan ritel untuk menutup celah pendanaan di perusahaannya.
Perusahaan dilaporkan mengumpulkan miliaran dolar dengan menjual wealth management products (WMP) dan menggunakan uang itu untuk menutup liabilitas perusahaan.
Produk yang dijual ini terlalu berisiko bagi investor ritel dan seharusnya tidak ditawarkan kepada mereka.
Namun, mereka dipasarkan secara luas. Manajer Evergrande, misalnya, dikabarkan menekan anak buahnya untuk membeli produk tersebut dan dijanjikan imbal hasil pengembalian tahunan lebih dari 10 persen. Total kewajiban WMP Evergrande ini bahkan mencapai 40 miliar RMB pada September 2021.
Krisis Evergrande pada 2021 ini pada akhirnya juga memengaruhi pengembang properti besar seperti Country Garden, Kaisa Group, Fantasia Holdings, Sunac, Sinic Holdings, dan Modern Land.
Saat ini, tekanan di pasar properti China menyebabkan beberapa bank mengambil tindakan drastis, termasuk mengizinkan kreditur untuk melunasi hipotek sampai mereka berusia 95 tahun.
Beberapa bank di kota Nanning, Hangzhou, Ningbo dan Beijing juga telah memperpanjang batas usia atas hipotek menjadi antara 80 dan 95 tahun.
Itu berarti orang berusia 70 sekarang dapat mengambil pinjaman dengan jangka waktu antara 10 dan 25 tahun.
Pasar properti China berada di tengah penurunan bersejarah di mana harga rumah baru turun selama 16 bulan berturut-turut hingga Desember tahun lalu. Penjualan oleh 100 pengembang teratas negara itu tahun lalu hanya 60 persen dari level 2021. (ADF)