“Nah saya ambil anggapan misal itu nasi tapi kita dipaksa makan nasi kan tidak berbahaya tapi kita dipaksa makan sekali duduk itu 50kg, nah itu jadi berbahaya. Tapi sekarang pertanyaannya apakah nasi itu beracun? Nasi itu tidak beracun tetapi kalau dalam jumlah dia berbahaya. Karena itu lah ini merupakan suatu prestasi Indonesia yang luar biasa yang harusnya dilakukan puluhan tahun yang lalu ya? Walau pun begitu lebih mungkin terlambat daripada tidak sama sekali,” tambah dia.
Sementara itu, kata dia, dengan dikeluarkannya FABA dari non B3 tetapi tetap terdaftar ini merupakan suatu keputusan yang benar.
“Artinya dia masih limbah, kita terima dia masih limbah memang karena dia by product. Tetapi karena terdaftar dia jadi terkontrol dan dia bukan beracun. Nah ini bener banget ini, jadi seharusnya tepuk tangan semua ini harusnya, Indonesia sudah pintar,” ucap Januarti. (TYO)