sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Fenomena Dedolarisasi, Mungkinkah Dominasi Greenback Berhasil Dilengserkan?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
28/04/2023 07:30 WIB
Riuhnya wacana soal dedolarisasi menyebabkan gonjang-ganjing dalam beberapa waktu terakhir.
Fenomena Dedolarisasi, Mungkinkah Dominasi Greenback Berhasil Dilengserkan? (Foto: MNC Media)
Fenomena Dedolarisasi, Mungkinkah Dominasi Greenback Berhasil Dilengserkan? (Foto: MNC Media)

Namun, banyak negara kini mulai mencari cara mulai mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS atau dedolarisasi. Fenomena ini tampaknya akibat ketidakpastian perekonomian negeri Paman Sam dan untuk mengurangi dampak rambatan kebijakan AS yang selama ini mempengaruhi perekonomian banyak negara. 

“Dengan mendiversifikasi cadangan kepemilikan mereka ke dalam portofolio yang lebih banyak jenis mata uang, mungkin mereka dapat mengurangi tekanan pada sektor eksternal mereka,” kata Cedric Chehab dari Fitch Solutions.

Penggunaan dolar sebagai cadangan devisa global juga sempat jatuh sejak 1978 dari posisinya yang mencapai 85%. Dolar AS bahkan mencapai titik terendahnya pada 1991 dengan pangsa hanya mencapai 46% dari total cadangan devisa global.

Namun, dolar sempat memantul naik kembali sejak itu hingga era 2000-an, lalu mengalami tren penurunan. 

Secara tren dalam dua tahun terakhir, terjadi penurunan pangsa dolar AS di mana domiansi greenback telah diambil alih oleh beberapa mata uang.

Jadi, beberapa negara telah berupaya mendiversifikasi kepemilikan cadangan devisa mereka selama dua dekade terakhir, meskipun dolar tetap menjadi mata uang cadangan yang dominan. (Lihat grafik di bawah ini.)

Riset Macquarie pada awal April lalu sempat menyatakan, tidak ada mata uang, termasuk RMB, yang saat ini dapat menantang USD.

“Menurut kami itu tidak akan terjadi. Meskipun ada upaya internasionalisasi yang kuat, RMB tetap menjadi pemain yang relatif kecil dalam ekonomi global baik sebagai mata uang transaksi maupun penyimpan nilai aset,” kata laporan Macquarie, Rabu (5/4/2023).

Menurut Macquarie, terlepas dari semakin banyaknya perjanjian perdagangan, saat ini RMB hanya mencakup 17% dari perdagangan China dan menyumbang sekitar 2% dari perdagangan global.

Riset Carnegie Endowment for International Peace mengemukakan, melengserkan dolar sebagai mata uang global berarti harus mengubah pola perdagangan internasional.

Dalam risetnya, Carnegie Endowment menyebut dolar adalah mata uang yang paling banyak digunakan dalam perdagangan internasional bukan hanya karena efek jaringan, tetapi juga karena alasan lain yang sulit ditiru oleh negara lain, terutama negara seperti China.

Dunia menggunakan dolar karena AS disebut memiliki pasar keuangan yang paling fleksibel, tata kelola perusahaan yang paling jelas dan paling transparan, dan sedikitnya diskriminasi antara investor domestik dan asing.

Meski demikian, Joseph Sullivan, dalam pernyataanya di Foreign Policy, Senin, (24/4/2023) mengatakan, dedolarisasi dapat menjadi kenyataan karena alternatif mata uang yang dicanangkan BRICS punya prospek keberhasilan tinggi.

Pakar ekonomi di Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih selama pemerintahan Donald Trump ini menyebut mata uang yang digagas BRICS  akan menjadi ancaman unik bagi dominasi dolar AS.

Dominasi dolar juga kian terkikis saat The Fed semakin agresif dalam menaikkan suku bunga. Ini juga memicu kekhawatiran dampak rambatan terhadap perekonomian negara jika terlalu bergantung terhadap dolar AS. (ADF)

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement