sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Fondasi Startup Ringkih, Potret Suram Industri Tekno di Fenomena Bakar Uang

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
03/02/2023 07:00 WIB
Gelombang yang menghantam sektor teknologi, utamanya startup telah dimulai sejak awal 2022 lalu.
Fondasi Startup Ringkih, Potret Suram Industri Tekno di Fenomena Bakar Uang. (Foto: MNC Media)
Fondasi Startup Ringkih, Potret Suram Industri Tekno di Fenomena Bakar Uang. (Foto: MNC Media)

Sebenarnya, melambatnya tren kucuran dana startup dari para venture capital ini telah dimulai pada awal tahun lalu.

Sementara perlambatan terlihat signifikan memasuki kuartal Oktober hingga Desember 2022. Total hasil pendanaan saham turun menjadi USD2,88 miliar dan menjadi nilai kesepakatan triwulanan terendah dalam dua tahun terakhir.

"Banyak perusahaan rintisan sedang mempertaruhkan kelangsungan hidupnya. Tahun ini akan terjadi penurunan pasar dan bahkan beberapa bisnis akan mati, sementara yang lain akan diakuisisi oleh saingan yang memiliki uang lebih banyak," imbuh laporan tersebut.

Di Asia Tenggara, sektor pembayaran digital dan layanan keuangan atau fintech diperkirakan menjadi sektor yang akan terus berkembang. Sektor fintech di kawasan ini pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai USD2 triliun berdasarkan nilai transaksi, menurut studi oleh Google, Temasek Holdings, dan Bain & Co.

Sementara e-commerce menjadi sektor yang paling banyak didanai kedua di Asia Tenggara sepanjang 2022.

Sektor ini memperoleh pendanaan mencapai USD3,55 miliar karena belanja lintas batas terus tumbuh meskipun permintaan lebih lemah.

Lazada, e-commerce berbasis di Singapura, yang juga menduduki peringkat pertama dalam nilai kesepakatan investasi keseluruhan kawasan, mengumpulkan pendanaan USD1,68 miliar termasuk dari perusahaan induknya Alibaba Group Holding.

Di Vietnam, Lazada bermitra dengan Grup Masan, perusahaan milik konglomerat lokal dengan investasi sebesar USD400 juta di unit ritel konsumen terintegrasi milik konglomerat tersebut. Investasi dilakukan melalui konsorsium yang dipimpin Alibaba.

Sementara dengan indikator pertumbuhan Gross Merchandise Value (GMV) sekitar 22% YoY, ekonomi digital Indonesia ditaksir akan bernilai USD77 miliar pada 2022 dan diproyeksi akan mencapai USD130 miliar pada 2025, terutama didorong oleh e-commerce.

Namun, nilai pendanaan swasta turun USD2 miliar YoY pada kuartal satu tahun lalu karena investor memprioritaskan profitabilitas dan menghadapi kekhawatiran seputar valuasi perusahaan tahap akhir. (Lihat grafik di bawah ini.)

Dengan kondisi ini, para startup sudah tidak bisa lagi leluasa melakukan aksi bakar uang seperti saat awal kemunculan mereka.

Langkah yang dapat dilakukan para pelaku startup ini di antaranya efisiensi biaya seperti penutupan unit bisnis hingga pengurangan insentif, efisiensi beban pegawai, penutupan bisnis yang kurang prospektif, hingga pengurangan insentif dan diskon.

Sehingga tidak mengherankan jika banyak sektor ini berguguran satu persatu. Termasuk di antaranya, akibat pemoborosan dan fondasi perusahaan yang rapuh.

Pentingnya Fondasi Berupa Ketahanan Kas

Bak bangunan, hal terpenting dari menjalankan sebuah bisnis adalah fondasi yang kokoh. Namun, hal ini sering tak difikirkan oleh para pemangku kebijakan, termasuk startup. Salah satunya adalah tentang runaway atau ketahanan kas.

Runway merupakan kondisi fondasi keuangan menunjukkan berapa tahun kas dan short term investment perusahaan bisa menutup kerugian dalam kuartal terakhir setiap tahunnya.

Menurut laporan Stockbit Academy, runway yang cukup dan injeksi modal menjadi dua hal penting untuk bisa bertahan hingga berhasil profit. Cash dan short term investment yang dimiliki 4 dari 5 perusahaan utama di ASEAN hanya bisa menutupi operasional selama 1 hingga 5 tahun ke depan, dengan asumsi kerugian pada kuartal tiga tahun lalu.

Hingga Q3 2022, Bukalapak (BUKA), e-commerce RI yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki estimasi runaway tertinggi mencapai 18,9 tahun.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement