IDXChannel - Bursa saham di Malaysia dan mata uang ringgit langsung anjlok begitu pemerintah memutuskan untuk menerapkan full lockdown. Kebijakan penutupan total ini dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas lagi.
Indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI merosot sebanyak 1,6% pada pembukaan Senin (31/5/2021), ini penurunah tertinggi sejak 31 Maret. Sedangkan ringgit melemah sebesar 0,4% menjadi 4,1480 per dolar AS, terendah di Asia, sementara imbal hasil obligasi sepuluh tahun naik dua basis poin menjadi 3,24%.
Kondisi ini terjadi setelah pemerintah mengumumkan pada Jumat (27/5/2021), di mana sebagian besar bisnis akan ditutup mulai 1 Juni kecuali untuk sektor ekonomi dan jasa yang penting.
"Pemerintah akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa," kata Alexander Chia, seorang analis di RHB Investment Bank Bhd. "Jelas, ada risiko penurunan untuk pertumbuhan pendapatan FY21, bahkan jika itu pada dasarnya adalah penundaan pertumbuhan ke FY22."
Lockdown ini disebut akan "menyeret pemulihan negara, dengan peluang bagus bahwa pertumbuhan PDB 2Q akan berkontraksi secara berurutan," kata Khoon Goh, kepala riset Asia di Australia & New Zealand Banking Group Ltd. "Kami kemungkinan akan melihat ringgit terus berkinerja buruk di wilayah tersebut, tetapi kelemahannya diatasi oleh dolar AS yang lemah."