Ketika investor sudah mulai mengurangi jatah pendanaan untuk startup tersebut, maka perusahaan bakal kesulitan untuk menjalankan bisnis. Sebab konsumen yang dibentuk sudah biasa mendapat beragam promo. Ketika promo menghilang, besar kemungkinan ditinggalkan oleh pengguna.
"Marketing boleh tapi tidak lebay, lebih ke organik, jangan serta Merta bakar uang dengan cashback dan lain lain, karena tidak loyal dengan gaya Seperti itu," sambung Tesar.
"Tetapi mau tidak mau harus kita lakukan, konsumen akhirnya bakal berpikir, ketika ada yang dihilangkan dari cost yang sewajarnya, ini yang membuat tidak sustain," lanjutnya.
Ia menambahkan, investor tidak lagi mendanai perusahaan startup, namun mulai banyak yang sudah beralih ke sektor lain yang menghasilkan keuntungan yang lebih baik.
"Masih tertarik tentu, karena Indonesia pasarnya masuk kedalam 3 besar menurut saya, Indonesia punya sifat boros, beda dengan negara Eropa yang menekan, kita biarkan miskin yang penting tersohor," kata Tesar.
"Dua tahun terakhir tidak ada peningkatan pendanaan dari sektor tertentu, sebenarnya mereka hanya melakukan shifting, yang tadinya mereka besar di market place, terus pindah owh ternyata ada yang lebih menarik ini, fintech," pungkasnya.
(DES)