sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Beras Naik, Begini Komentar Pengusaha Ritel

Economics editor taufan sukma
12/02/2024 02:39 WIB
Kondisi inilah yang membuat kalangan pengusaha ritel tidak memiliki pilihan lain, selain menaikkan harga jual ke pembeli akhir (end user).
Harga Beras Naik, Begini Komentar Pengusaha Ritel (foto: MNC Media)
Harga Beras Naik, Begini Komentar Pengusaha Ritel (foto: MNC Media)

IDXChannel - Kalangan pengusaha ritel menyebut bahwa harga sejumlah komoditas bahan pokok, seperti beras, gula dan minyak goreng, terdorong naik lantaran harga beli dari produsen yang juga sudah tinggi.

Dengan harga beli yang tinggi tersebut, pengusaha ritel terpaksa menjual komoditas bahan pokok dengan harga yang melebihi harga eceran tertinggi (HET) serta harga acuan lain yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), para para produsen telah menaikkan harga beli (tebus) sebesar 20-35 persen di atas HET sejak sepekan terakhir.

Kondisi inilah yang membuat kalangan pengusaha ritel tidak memiliki pilihan lain, selain menaikkan harga jual ke pembeli akhir (end user).

"Faktanya saat ini kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET," ujar Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey, Minggu (11/2/2024).

Menurut Roy, Aprindo tidak memiliki wewenang untuk dapat mengatur dan mengontrol harga yang telah ditentukan oleh pihak produsen bahan pokok.

Harga yang ditetapkan oleh produsen sebagai sektor hulu selanjutnya mengalir kepada peritel di sektor hilir melalui jaringan distribusi, kemudian dibeli atau dibelanjakan oleh masyarakat pada gerai ritel modern.

Kenaikan harga dari produsen dapat menyebabkan kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai ritel modern Indonesia.

Roy menjelaskan, kelangkaan yang terjadi di kemudian hari mampu menimbulkan panic buying atau pembelian secara berlebihan karena takut kekurangan stok.

Peritel saat ini disebut mulai kesulitan mendapatkan suplai beras untuk tipe premium lokal kemasan 5 kilogram. Keterbatasan ini disebabkan karena masa panen diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024.

Selain itu, belum masuknya beras tipe medium (SPHP) yang diimpor pemerintah juga menjadi penyebab kelangkaan dan tingginya harga beras.

"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat," tutur Roy.

Aprindo pun meminta pemerintah untuk merelaksasi HET dan harga acuan lainnya agar peritel dapat membeli bahan pokok dari produsen.

Relaksasi ini pun bertujuan untuk mencegah kekosongan dan kelangkaan bahan pokok, terlebih pada Februari ini, para peritel mulai melakukan pembelian dari produsen guna persiapan pasokan Ramadhan dan Idul Fitri di gerai ritel modern. (TSA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement