Alhasil musim tanam mengalami pergeseran, panennya pun bergeser. Tanpa ada produksi beras, maka harga beras menjadi tinggi.
"Nah ini akibatnya, tentunya ada pergeseran periode tanam beras, sebagian di bulan Januari untuk daerah sentra," tutur Aida.
Menurut Aida, pemerintah telah melakukan penguatan cadang beras pemerintah (CBP). Sejauh ini stoknya dinilai sudah cukup untuk konsumsi nasional.
"Tapi kemudian pemerintah untuk memastikan hal tersebut dilakukan impor melalui kecukupan CBP-nya. Seperti apa kondisinya? CBP itu bulan Januari sudah hampir mencapai 1,2 juta ton, jadi artinya kecukupan pasokan itu ada," jelas Aida.
Dengan demikian, juga mengguyur pasar dengan beras murah SPHP dan juga memberikan bantuan pangan beras untuk masyarakat kelas bawah. Diharapkan langkah-langkah ini bisa menstabilisasi harga beras.
"Maka pemerintah melakukan SPHP dan juga operasi pasar stabilitas pasokan dan harga pangan dan penyaluran bantuan pangan beras, tahap 1 Januari sampai Maret. Dilanjutkan April sampai Juni," jelas Aida.
Terakhir Aida menjelaskan BI optimis inflasi tetap terjaga dengan kolaborasi Kementerian terkait. Setidaknya, khusus komponen volatile food tak akan jauh dari 5%. "So far kita melihat ada kenaikan tapi, mudah-mudahan under control dan kita ada target volatile food tersebut tak jauh-jauh dari 5%," pungkas Aida.
(FRI)