sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Jual Invermectin Meroket, Epidemiolog: Sangat Tidak Ada Empati

Economics editor Muhammad Sukardi
02/07/2021 16:31 WIB
Media sosial dikejutkan dengan unggahan Epidemiolog Pandu Riono yang memberitahu bahwa obat Ivermectin saat ini harganya meroket tajam.
Harga Jual Ivermectin Meroket, Epidemiolog: Sangat Tidak Ada Empati. (Foto: MNC Media)
Harga Jual Ivermectin Meroket, Epidemiolog: Sangat Tidak Ada Empati. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Media sosial dikejutkan dengan unggahan Epidemiolog Pandu Riono yang memberitahu bahwa obat Ivermectin saat ini harganya meroket tajam. Ya, dari yang awalnya Rp5 ribu per tablet kini bisa Rp30 ribu per tablet.

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, menegaskan pemerintah harus turun tangan menangani fenomena meroketnya harga obat-obatan ini. "Ini efek hukum pasar dan menurut saya ini bahaya banget, pemerintah harus turun tangan, tidak boleh seperti ini," ungkap Dicky.

Dia melanjutkan, di negara yang tertata baik, tidak terjadi fenomena seperti ini malah peredarannya dihentikan jika obat belum jelas data sains-nya. "Diambil alih ketika peruntungannya tidak sesuai dengan yang dianjurkan. Harus ada ketegasan aturan," tambahnya.

Jika dibiarkan, kata Dicky, ini namanya mencari keuntungan di tengah kesulitan masyarakat. "Sangat tidak ada empati dan ini membuat para penganut teori konspirasi menjadi semakin besar kepala. Harus ditindak tegas oleh pemerintah," ujar Dicky Budiman.

Di sisi lain, obat Ivermectin itu sendiri masih dalam tahap uji klinis untuk penggunaan dalam terapi Covid-19. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak mengeluarkan izin penggunaan obat cacing itu untuk Covid-19, melainkan memberi lampu hijau dilakukannya uji klinis tahap 1 terkait obat tersebut.

Sementara itu, masyarakat mungkin sudah kepalang tanggung mau memiliki obat itu karena klaim-klaim yang ada di masyarakat, termasuk soal testimoni beberapa pihak yang mengaku sukses melawan Covid-19 dengan obat cacing tersebut.

Makanya, keinginan pasar untuk mempunya obat Ivermectin tinggi dan itu juga mungkin yang membuat harganya di pasaran meroket.

"Ivermectin diborong, langka di pasar obat berkat dipromosikan habis oleh pejabat publik di tengah kepanikan lonjakan kasus. Bila 80% penduduk konsumsi teratur Ivermectin, maka 'herd immunity' tercapai, tidak perlu vaksin. Ataukah tercapai 'herd-stupidity' Covid-19 naik turun," terangnya di cuitan tersebut.

Tak hanya Ivermectin, beberapa waktu lalu Annisa Pohan mengunggah kabar bahwa harga Avigan di pasar mencapai Rp7 jutaan. Obat antivirus tersebut menjadi bagian dari terapi obat Covid-19 dan masyarakat rupanya banyak yang membelinya sendiri.

Baik Avigan maupun Ivermectin adalah obat keras. BPOM terus mengimbau kepada masyarakat agar tidak sembarang membeli maupun menggunakan obat dengan kategori keras.

"Penggunaannya harus sesuai dengan anjuran dokter yang diterima pasien saat konsultasi baik langsung maupun telemedis. Pembelian obat pun hanya dengan menggunakan resep dokter," tegas Kepala BPOM, Penny K. Lukito di konferensi pers virtual, Jumat (2/7/2021).

Di sisi lain, Guru Besar FKUI Prof Ari Fahrial Syam, mengingatkan agar masyarakat tidak menumpuk obat. Ini supaya harga obat di pasaran tidak menjulang tinggi. "Masyarakat tidak perlu menumpuk obat, apalagi obat tersebut belum jelas," tegasnya melalui pesan singkat ke MNC Portal. (TYO)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement