sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Kedelai dan Minyak Goreng Naik, Pengusaha Keripik Tempe di Malang Kurangi Ukuran Kemasan

Economics editor Avirista M/Kontributor
17/02/2022 17:58 WIB
Imbas harga minyak goreng dan kedelai naik, perajin keripik tempe di Kota Malang mencari cara agar bisnis terus berjalan.
Harga Kedelai dan Minyak Goreng Naik, Pengusaha Keripik Tempe di Malang Kurangi Ukuran Kemasan (Dok.MNC Media)
Harga Kedelai dan Minyak Goreng Naik, Pengusaha Keripik Tempe di Malang Kurangi Ukuran Kemasan (Dok.MNC Media)

IDXChannel - Kenaikan harga minyak goreng dan kedelai memukul perajin keripik tempe di Kota Malang. Pasalnya sudah dua bulan terakhir produksi keripik tempenya belum juga normal akibat kendala bahan baku.

Pemilik Usaha Keripik Tempe Rohani Trio Andi Cahyono mengakui, melambungnya harga kedelai kian membuat produksinya kian berdampak. Saat ini dirinya mendapatkan harga kedelai di angka Rp 11.000 per kilogramnya, yang disebutnya jauh dari harga rata-rata normalnya.

"Kalau sekarang harga kedelai kurang lebih satu mingguan ini awalnya Rp 10.250, jadi Rp 10.800, sekarang bertahan Rp 11.000, dampaknya ya pasti berdampak, tapi kami tidak bisa tiba-tiba harga keripik tempenya dinaikkan," ucap Rohani, dikonfirmasi MNC Portal, pada Kamis siang (17/2/2022)

Sebagai solusi, pemilik usaha keripik tempe Rohani memilih mengurangi berat ukuran di kemasannya. Cara ini bahkan telah dilakukan sejak dua bulan lalu, semenjak kenaikan harga dan sulitnya mencari stok minyak goreng. Hal ini demi menekan kerugian, sebab ia tak mungkin menaikkan harga jual keripik tempenya.

"Kami mengurangi berat dari keripik tempe, mengurangi berat misalkan berat dari keripik 200 gram, kami kurangi kemasannya, kami kurang tiga piece, jadi 165 gram. Kalau naikkan harga nggak mungkin," ungkapnya.

Rohani menerangkan, untuk produksi keripik tempenya memerlukan setidaknya 800 - 1.000 kilogram per bulannya. Sementara untuk kebutuhan kedelainya mencapai 25 kuintal, per enam harinya. 

"Setiap minggu kurang lebih 200 - 250 kilogram, untuk kedelainya 25 kuintal setiap enam hari sekali, untuk kedelai harganya mahal, tapi stoknya ada. Beda kalau minyak goreng, sudah harganya mahal, dapatnya susah," katanya.

Dirinya menerangkan, setiap pembelian di distributor minyak goreng saat ini jumlahnya kurang terpenuhi. Jadi misalkan, dirinya meminta pengiriman 100 jirigen, yang datang hanya 50 jirigen, sedangkan sisanya 50 jirigen datang menyusul.

"Jadi barangnya nggak bisa langsung datang, harus menyusul beberapa hari berikutnya, itu dengan harga yang masih mahal. Tapi mau bagaimana lagi, yang penting kita jangan sampai henti produksi," tuturnya.

Maka untuk mengurangi beban produksi, pihaknya juga terpaksa mengurangi produksi keripik tempe seharinya. Dimana bila rata-rata seharinya ia mampu memproduksi 100 kilogram, demi mengurangi beban produksi dan menyeimbangkan keuntungan ia kurangi 10 persen dari total produksinya. 

"Kalau profit pasti turun, tapi sejauh ini kami belum menghitung berapa persentasenya," ujarnya. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement