Akibat dolar AS yang perkasa, membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya. Indeks dolar turun pada hari ini, tetapi bertahan di dekat tertinggi minggu lalu di atas 110.
Pasar juga terguncang minggu ini oleh prospek Badan Energi Internasional yang menyatakan hampir nol pertumbuhan permintaan minyak pada kuartal ke-IV karena prospek permintaan yang lebih lemah oleh China.
"Fundamental minyak sebagian besar masih bearish karena prospek permintaah China tetap menjadi tanda tanya besar dan karena data inflasi nampaknya siap untuk melemahkan ekonomi AS," ujar Analis OANDA, Edward Mayo.
Analis mengatakan, sentimen negatif lain dari pernyataan Departemen Energi AS bahwa tidak mungkin untuk berusaha mengisi kembali cadangan minyak strategis sampai setelah fiskal 2023.