Kekhawatiran disebabkan oleh rencana kenaikan tingkat suku bunga oleh European Central Bank sebesar 50 bps menjadi 3% sebagai upaya untuk mengatasi inflasi dan menurunkan minat investor pada pasar komoditas.
Kemudian, kenaikan nilai tukar dolar AS akibat ekspektasi bahwa Federal Reserve AS (The Fed) akan menaikkan tingkat suku bunga, membuat komoditas minyak mentah menjadi lebih mahal sehingga investor menurunkan permintaan akan komoditas minyak mentah dan beralih pada investasi lain.
Lebih lanjut, kekhawatiran terhadap penurunan unemployment rate AS di bulan Januari 2023 menjadi sebesar 3,4% (terendah sejak 1969) yang berimbas pada kekhawatiran kenaikan suku bunga oleh The Fed yang berkepanjangan.
"Faktor lainnya, rencana Departemen Energi AS untuk melepas 26 juta barel minyak dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) menambah kekhawatiran pasar akan oversupply minyak mentah," demikian dikutip dari Executive Summary Tim Harga Minyak Mentah Indonesia.