IDXChannel - Saat ini, beberapa wilayah di Indonesia mengalami kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Jenis BBM yang mulai hilang di pasaran meliputi Solar dan juga Pertalite. Hal ini tentu saja dikeluhkan oleh sejumlah masyarakat. Tak terkecuali oleh para sopir truk. Para sopir truk ini mengeluhkan kelangkaan solar. Mereka harus antre panjang di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Menurut Pengamat Energi Sofyano Zakaria, terdapat beberapa hal yang menyebabkan kelangkaan. Pertama, berkurangnya kuota BBM jenis solar subsidi pada 2022 dibanding kuota BBM pada sebelumnya. Diketahui, kuota solar subsidi pada 2022 hanya 14,9 juta kiloliter, turun dari kuota sebelumnya yang mencapai 15,4 juta kiloliter.
Kedua, perbedaan antara harga solar subsidi dan solar nonsubsidi yang terlalu tinggi. Saat ini harga solar subsidi adalah Rp5.150 per liter, sedangkan solar nonsubsidi harganya mencapai Rp13.000 per liter. Menurut Sofyano, hal ini dapat menjadi penyebab masalah. Sebab, memungkinkan solar subsidi jatuh ke pengguna yang tidak berhak. Harga solar subsidi terlalu murah dibanding dengan harga solar nonsubsidi.
Ketiga, untuk saat ini penetapan kuota penyaluran solar subsisi ditetapkan menjadi kuota per lembaga penyalur, bukan lagi per kabupaten atau per kota. Akibatnya, ketika persediaan solar subsidi di satu SPBU kosong karena diserbu pembeli, maka badan usaha tidak dapat menambah pasokan solar ke SPBU tersebut.
Keempat, ketidakjelasan aturan mengenai siapa yang berhak atas solar subsidi. Menurutnya, saat ini aturan tersebut abu-abu sehingga setiap pengemudi merasa berhak atas solar subsisi. Tentunya ini perlu menjadi perhatian dari pemerintah.