Adapun, pendapatan perseroan tercatat sebesar USD294,50 juta, dari sebelumnya sebesar USD152,17 juta. Di sisi lain, pada periode ini, perseroan mencatatkan total biaya produksi batu bara per ton naik 5,5% dibandingkan pada kuartal pertama tahun 2022 lalu.
Sedangkan, stripping ratio perseroan turun menjadi 7,5x dari sebelumnya 10,2x, sehingga mengurangi kenaikan biaya produksi.
“Meningkatnya biaya produksi ini disebabkan adanya kenaikan biaya royalti per ton sebesar 22,5% dan kenaikan biaya persediaan di anak perusahaan kami yang melakukan penambangan batu bara,” ujar Ray.
Hingga akhir tahun 2023, HRUM menargetkan produksi batu bara sebesar 5,5 juta hingga 6 juta ton. Dengan stripping ratio yang ditargetkan sebesar 10,5x-11,0x.
Adapun, target tersebut dapat berubah tergantung pada kondisi pasar, kesiapan lahan dan perizinan.
(SLF)