sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Hashim Djojohadikusumo: Indonesia Bisa Jadi Adidaya dengan Biochar

Economics editor Dhera Arizona Pratiwi
08/07/2025 19:47 WIB
Hashim pun meyakini Indonesia bisa menjadi negara adidaya dari biochar. Sebab, tidak banyak negara di dunia yang memiliki SDA berupa biomassa seperti Indonesia.
Hashim Djojohadikusumo: Indonesia Bisa Jadi Adidaya dengan Biochar. (Foto IDX Channel)
Hashim Djojohadikusumo: Indonesia Bisa Jadi Adidaya dengan Biochar. (Foto IDX Channel)

IDXChannel - Ketua Umum Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (ABII) Hashim Djojohadikusumo menyatakan, dengan keunggulan sumber daya biomassa yang melimpah dan dukungan lintas sektor, Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat pengembangan teknologi dan pasar biochar global.

Hashim pun meyakini Indonesia bisa menjadi negara adidaya dari biochar. Sebab, tidak banyak negara di dunia yang memiliki sumber daya alam berupa biomassa seperti Indonesia.

“Jarang ada negara seperti kita. Mungkin hanya Indonesia, DRC Kongo, Brasil, Venezuela. Negara-negara tropis yang punya biomassa luar biasa. Bukan berupa pertanian tapi juga berupa hutan. Ini adalah kekayaan kita, ini adalah suatu sumber luar biasa. Indonesia saya yakin, semua yakin bisa jadi adidaya, super power dari biochar,” ujarnya dalam acara Public Launching Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (ABII) di Soehanna Hall The Energy Building, Jakarta, Senin (7/7/2025) malam.

Hal lebih penting lagi, kata Hashim, diharapkan segera dibentuknya Standar Nasional Indonesia (SNI) dari biochar. Sebab, dengan adanya SNI, maka tercipta suatu standar dalam rangka menjaga mutu serta kualitas biochar dari Indonesia untuk dipasarkan di pasar global.

"Yang penting SNI. Tetapkan standar-standar untuk menjaga mutu kualitas. That's the main job, the main purpose of association. Set the standard and maintan the standard jangan sampai biochar Indonesia dikenal mutu rendah, kita harus berupaya mendapatkan dan menghasilkan produk yang berstandar tinggi," kata Hashim.

Maka dari itu, kata Hashim, ABII hadir untuk menyatukan visi ini dan menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam ekosistem biochar internasional.

"Peluncuran ini menjadi tonggak awal dari perjalanan panjang untuk membawa biochar dari laboratorium dan lahan pertanian ke kebijakan publik, pasar karbon, dan solusi perubahan iklim global," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif ABII Phil Rickard menerangkan, biochar adalah arang hasil proses pirolisis biomassa organik seperti limbah pertanian (jerami, sekam, cangkang sawit, dan lainnya) dalam kondisi minim oksigen. Proses ini tidak hanya menghasilkan bahan yang sangat berguna untuk pertanian dan reklamasi tanah, tetapi juga mampu menyimpan karbon dalam jangka panjang, menjadikannya salah satu teknologi andalan untuk mitigasi perubahan iklim.

Menurutnya, biochar terbukti meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, mempertahankan kelembapan, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan bahkan membantu retensi unsur hara. Teknologi ini juga telah diakui dalam berbagai kerangka kerja Carbon Dioxide Removal (CDR) secara internasional.

“Hasil pembakarannya adalah sesuatu yang terlihat seperti arang. Namun, tidak seperti arang biasa, biochar memiliki banyak manfaat ketika dikembalikan ke tanah. Manfaat utamanya adalah meningkatkan kesuburan tanah dan daya serap air, yang tentu saja akan meningkatkan hasil panen setiap tanaman,” kata Phil.

“Pertanyaan saya adalah kenapa ini penting untuk Indonesia, dan kenapa kami melakukan ini? Karena di Indonesia ada lebih dari 100 juta ton limbah pertanian yang dihasilkan setiap tahun, dan harus melakukan sesuatu untuk hal tersebut,” ujar dia.

Lebih lanjut Phil menyampaikan, salah satu masalah polusi di Indonesia juga berasal dari lahan sawah dan delta karena sisa jerami dan limbah pertanian lainnya dibakar oleh petani. Bahkan, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) masih terus mencari cara pendekatan kepada petani untuk menghentikan kegiatan tersebut.

“Saya sangat menganjurkan agar kita memulai dengan pendekatan insentif daripada hukuman terhadap para petani. Mereka membakar jerami di ladang karena mereka tidak tahu harus diapakan lagi,” katanya

“Saya berharap, dengan adanya biochar dan dukungan dari pemerintah, kita bisa mencari solusi agar para petani bisa mendapat penghasilan tambahan dari limbah itu dengan mengirimkannya ke fasilitas-fasilitas biochar yang sedang kami dan beberapa perusahaan lain dirikan,” kata dia.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement