“Sector keuangan dengan keterbatasan mobilitas masyarakat, akan menurun. Kemudian juga di perbankan banyak dana yang tidak terserap untuk dipinjam oleh para pengusaha-pengusaha. Karena para pengusaha di Indonesia ingin menambah modal kerjanya dalam kondisi seperti ini tidak akan mungkin. Sebab daya beli masyarakat menurun kemudian mengembangkan usaha dalam situasi dan kondisi seperti saat ini juga tidak akan mungkin,” kata Sarman.
Ia menerangkan apabila PPKM Darurat ini diperpanjang lagi, maka pengusaha semakin tidak ada profit, tidak ada omset, sedangkan biaya operasional terus berjalan, gaji karyawan harus dibayar, para pedagang pun juga harus membayar sewa tempat.
“Di mal itu banyak beragam pedagang. Dan mal sudah tutup hampir dua minggu. Jadi kalua PPKM Darurat ini diperpanjang lagi, pengusaha tidak ada profit, tidak ada omset, belum lagi biaya operasional terus berjalan, gaji karyawan harus dibayar, para pedagang juga harus membayar sewa tempat. Bisa dibayangkan bagaimana mereka mengatur cash flownya,” ungkap dia.
Namun, di balik itu ia menuturkan selama PPKM Darurat berlangsung hingga 20 Juli mendatang, ia meyakini para pengusaha akan mampu untuk bertahan walaupun dengan cash flownya yang sangat sekarat.
Namun, lanjut dia, jika misalnya PPKM Darurat benar diperpanjang, maka ada tiga kemungkinan yang terjadi. Pertama, kemungkinan akan ada pengusaha yang mampu bertahan dengan cash flow seadanya. Artinya, ada komunikasi antara pihak pengusaha dengan para pekerjanya. Misalnya dengan menurunkan gaji pegawai.