sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

HPP Naik, Bulog Hanya Targetkan Serap 500 Ton Beras di Sumut

Economics editor Wahyudi Aulia Siregar
16/01/2025 09:09 WIB
Pemerintah telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah dan Beras yang naik pada 2025. Hal itu pun berpengaruh pada serapan beras Bulog.
HPP Naik, Bulog Hanya Targetkan Serap 500 Ton Beras di Sumut. (Foto: Wahyudi/MNC Media)
HPP Naik, Bulog Hanya Targetkan Serap 500 Ton Beras di Sumut. (Foto: Wahyudi/MNC Media)

Target 500 ton penyerapan itu, lanjut Budi, akan diserap melalui penggilingan-penggilingan yang saat ini telah menjadi mitra Bulog. Termasuk juga Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang telah memenuhi syarat.

"Selain dengan mitra, Satgas kita akan turun langsung untuk mendatangi Kelompok Tani guna menyerap beras mereka. Yang penting kita pastikan, setiap petani mendapatkan harga sesuai yang sudah ditetapkan," tuturnya.

Gabah dan beras yang nantinya diserap dari petani, kata Budi, akan diperuntukkan sebagai Cadangan Beras Pemerintah (CBP). CBP ini nantinya untuk memenuhi kebutuhan Bantuan Pangan Gratis serta sejumlah peruntukan lain termasuk untuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Beras.

"Untuk stok beras kita saat ini di Sumatra Utara ada 46 ribu ton. Ini cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sumut, termasuk saat pelaksanaan puasa Ramadan dan Idul Fitri yang biasanya permintaan masyarakat meningkat," kata Budi.

Seperti diketahui, pemerintah melalui Bapanas telah mengeluarkan Keputusan Kepala Bapanas Nomor 2 Tahun 2025 tentang Perubahan atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.

Dalam keputusan itu, HPP untuk harga gabah kualitas GKP senilai Rp6.500 per kilogram di tingkat petani dan Rp6.700 per kilogram di tingkat penggilingan. Sementara harga gabah kualitas GKG senilai Rp8.000 per kilogram di tingkat penggilingan dan Rp8.200 per kilogram di gudang Bulog. Sedangkan harga beras ditetapkan senilai Rp12.000 per kilogram.

"HPP sekarang sudah sesuai dengan harga keekonomian. Kalau kita tanya ke petani mereka pasti inginnya lebih tinggi. Tapi kalau terlalu tinggi, kasihan konsumen," ujar Budi.

(Febrina Ratna Iskana)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement