Fasad gedung menampilkan panel bermotif Talawang khas Suku Dayak sebagai elemen visual sekaligus simbol 'pelindung keadilan'. Karakter lokal diperkuat melalui penggunaan material seperti batu alam, laminated wood, dan rotan sintetis.
Motif tenun nusantara diterapkan pada overstek sebagai peneduh matahari guna mendukung efisiensi energi. Konsep bangunan panggung (pilotis) membantu sirkulasi udara dan menciptakan area terbuka. Seluruh elemen tersebut terintegrasi dengan teknologi modern, termasuk Intelligent Sun Control System pada fasad.
Selanjutnya, Pembangunan Gedung dan Kawasan Lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dikerjakan oleh Hutama Karya (KSO Hutama Karya–Wijaya Karya–BAP) dengan total luas konstruksi 74.196 m², meliputi Gedung MPR, Museum, Masjid, dan fasilitas pendukung. Kawasan ini terhubung langsung dengan Plaza Demokrasi/Serambi Musyawarah sebagai ruang publik legislatif.
Secara arsitektur, Gedung MPR menonjolkan karakter institusional yang kuat melalui penerapan konsep rumah panggung atau pilotis, memberikan kesan bangunan yang agung, terbuka, dan responsif terhadap kontur lahan. Identitas budaya diperkuat dengan aksen Wastra Nusantara pada area drop-off.
Elemen ini dilengkapi prinsip Breathable, fitur Green & Sustainable seperti sky garden, photovoltaic, dan rainwater harvesting, serta pendekatan Modern Nusantara yang menghadirkan bangunan yang relevan dan berumur panjang. Semua ini menjadikan Gedung MPR sebagai ikon baru kawasan legislatif di IKN.