sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IEA Proyeksi Permintaan Minyak dan Gas Dunia Terus Bertumbuh hingga 2050

Economics editor Febrina Ratna Iskana
12/11/2025 22:00 WIB
Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu (12/11/2025) menyatakan bahwa permintaan minyak dan gas dunia bakal terus tumbuh hingga 2050.
IEA Proyeksi Permintaan Minyak dan Gas Dunia Terus Bertumbuh hingga 2050. (Foto: Inews Media Group)
IEA Proyeksi Permintaan Minyak dan Gas Dunia Terus Bertumbuh hingga 2050. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu (12/11/2025) menyatakan bahwa permintaan minyak dan gas dunia bakal terus tumbuh hingga 2050. Hal itu berbeda dari ekspektasi sebelumnya yang fokus pada transisi cepat dari bahan bakar fosil ke energi yang lebih bersih menyusul sikap Amerika Serikat (AS) terkait iklim.

Badan pengawas keamanan energi yang berbasis di Paris itu juga memperkirakan dalam proyeksi tahunannya bahwa dunia kemungkinan gagal mencapai target untuk membatasi kenaikan suhu mendekati 1,5 derajat celcius di atas masa pra-industri untuk menghindari dampak paling dahsyat dari perubahan iklim.

IEA telah mendapat tekanan dari AS dalam beberapa tahun terakhir untuk mengalihkan fokus dari kebijakan energi bersih karena Presiden AS Donald Trump meminta perusahaan-perusahaan Amerika untuk meningkatkan produksi minyak dan gas.

Selama pemerintahan Biden, IEA memperkirakan permintaan minyak global akan mencapai puncaknya pada dekade ini dan investasi baru ke proyek-proyek minyak, gas, dan batu bara harus dihentikan jika dunia ingin mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad ini.

Puncak Permintaan Minyak

Di sisi lain, Menteri Energi AS, Chris Wright, menyebut proyeksi puncak permintaan minyak dari IEA tidak masuk akal. Adapun, IEA didanai oleh negara-negara anggota, dengan AS sebagai kontributor terbesar.

Dalam World Energy Outlook yang diterbitkan pada Rabu, berdasarkan skenario kebijakan saat ini, IEA memperkirakan permintaan minyak akan mencapai 113 juta barel per hari pada pertengahan abad ini, naik sekitar 13 persen dari konsumsi pada 2024.

Ia memperkirakan permintaan energi global akan naik 15 persen pada 2035 dari tingkat saat ini.

Skenario tersebut, yang pertama kali digunakan IEA pada 2019 sebelum beralih ke skenario lain yang sejalan dengan transisi energi bersih, didasarkan pada kebijakan pemerintah yang ada dan bukan aspirasi untuk mencapai tujuan iklim.

Kepala IEA, Fatih Birol, mengatakan dalam konferensi pers bahwa skenario tersebut direvisi untuk mencerminkan berbagai pilihan yang dibuat pemerintah terkait energi.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sebelumnya telah membantah proyeksi puncak permintaan minyak dari IEA

"Kami telah melewati puncak dalam gagasan yang keliru tentang 'puncak minyak'," demikian pernyataan OPEC di situs webnya pada Rabu.

Dalam skenario kebijakan IEA saat ini, permintaan minyak mencapai puncaknya sekitar 2030. Perbedaan proyeksi ini sebagian besar disebabkan oleh perbedaan ekspektasi terhadap penggunaan kendaraan listrik.

IEA menyatakan bahwa skenarionya mengeksplorasi berbagai kemungkinan hasil dengan berbagai asumsi dan bukan merupakan prakiraan.

Kapasitas LNG Bakal Melonjak

Sementara itu, keputusan investasi untuk proyek gas alam cair telah melonjak pada 2025, menurut laporan tersebut. Operasi untuk sekitar 300 miliar meter kubik kapasitas ekspor LNG tahunan baru akan dimulai pada 2030, menandai peningkatan 50 persen dalam pasokan yang tersedia.

Berdasarkan skenario kebijakan saat ini, pasar LNG global meningkat dari sekitar 560 bcm pada 2024 menjadi 880 bcm pada 2035 dan menjadi 1.020 bcm pada 2050. Hal itu didorong oleh meningkatnya permintaan sektor kelistrikan yang ditopang pertumbuhan pusat data dan AI.

Investasi global dalam pusat data diperkirakan mencapai USD580 miliar pada 2025, menurut laporan tersebut, yang mencatat bahwa jika tercapai, angka ini akan melampaui USD540 miliar per tahun yang dihabiskan secara global untuk pasokan minyak.

Laporan tersebut mencakup skenario yang menggambarkan jalur untuk mengurangi emisi energi global hingga nol bersih pada 2050.

Lebih dari 190 negara berjanji pada perundingan iklim Paris [ada 2015 untuk berupaya mencegah pemanasan global lebih dari 1,5°C. Laporan tersebut menunjukkan dunia melampaui angka tersebut dalam semua skenario.

"Kita perlu mempercepat dan meningkatkan skala, dan pemerintah di COP30 sekarang harus menyepakati rencana respons global untuk segera menjembatani kesenjangan ambisi 1,5 C," ujar penasihat kebijakan senior di Greenpeace Nordic, Kaisa Kosonen, merujuk pada perundingan iklim PBB yang sedang berlangsung di Brasil.

(Febrina Ratna Iskana)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement