sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Imbal Hasil Surat Utang AS Meningkat, Investor Global Negara Berkembang Cemas

Economics editor Kunthi Fahmar Sandy
16/03/2021 12:40 WIB
Ekonom DBS juga berpendapat bahwa IndoGB terlihat menarik, terutama dengan imbal hasil untuk tenor 10 tahun, yang mendekati 7%.
Imbal Hasil Surat Utang AS Meningkat, Investor Global Negara Berkembang Cemas (FOTO:MNC Media)
Imbal Hasil Surat Utang AS Meningkat, Investor Global Negara Berkembang Cemas (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Investor global di pasar negara berkembang menjadi cemas karena imbal hasil surat utang Amerika Serikat (AS) meningkat saat kekhawatiran akan kenaikan inflasi. 

Baik pasar negara maju maupun pasar negara berkembang menyesuaikan tingkat imbal hasil mereka dan yang paling terdampak adalah obligasi negara berkembang dengan imbal hasil tinggi. Hal ini, dapat menyebabkan gejolak pasar, sama seperti pada 2013. 

Namun, Ekonom Bank DBS Radhika Rao berpendapat bahwa investor belum sepenuhnya mengapresiasi bahwa fundamental Indonesia saat ini lebih tangguh. 

Ekonom DBS menekankan lima hal penting, pertama kepemilikan asing di pasar modal Indonesia telah menurun. 

Untuk obligasi pemerintah (government bonds), investor asing cenderung waspada dan mengurangi porsinya sejak pandemi terjadi di awal 2020. Kepemilikan asing saat ini sama dengan pada awal 2020, sekitar Rp970 triliun. 

"Kedua, peningkatan harga komoditas membantu neraca perdagangan Indonesia," ucapnya, Selasa (16/3/2021). 

Ada korelasi tinggi antara indeks CRB dan ekspor Indonesia. Secara lebih khusus, peningkatan harga batu bara dan minyak kelapa sawit menguntungkan, sementara peningkatan harga minyak tidak. 

Ketiga, defisit anggaran yang terkendali. Pada 2020, upaya untuk mempercepat pengeluaran fiskal menyebabkan peningkatan pengeluaran sebesar 12,2% secara tahunan sementara pendapatan turun hingga -16,7% secara tahunan. 

Kendati demikian, defisit anggaran tahunan tetap melebar menjadi -6,09% dari Produk Domestik Bruto (PDB), sedikit di bawah target, yang sebesar -6,3%. Sekitar 83% dana pemulihan ekonomi telah dicairkan dari total anggaran Rp695,2 triliun. 

Keempat, valuasi masih menarik. Indikator Valuasi Tingkat Pengembalian Asia (Asia Rates Valuation Indicator, ARVI) menunjukkan bahwa IndoGB adalah salah satu dari dua obligasi pemerintah yang dinilai masih cukup murah jika dibandingkan dengan surat berharga pemerintah AS. 

"Secara umum, imbal hasil pasar berkembang paling terdampak oleh gejolak pasar kali ini. Pandemi menyebabkan investor asing  enggan kembali berinvestasi di aset pasar berkembang," beber dia. 

Kelima, imbal hasil IndoGB, yang relatif tinggi, menawarkan prospek imbal hasil absolut positif untuk pendapatan tetap pada tahun penuh tantangan ini. 

Ekonom DBS memperkirakan, imbal hasil global akan meningkat hingga akhir tahun. "Diperkirakan peningkatan imbal hasil surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun hingga 10-15 bps, mendekati angka 1,75%," paparnya. 

Mengingat besarnya ekspektasi untuk peningkatan imbal hasil pada 2021, obligasi Asia, terutama yang menawarkan imbal hasil rendah, akan menghadapi tantangan sangat besar dalam memberikan imbal hasil absolut positif.   

Ekonom DBS juga berpendapat bahwa IndoGB terlihat menarik, terutama dengan imbal hasil untuk tenor 10 tahun, yang mendekati 7%. 

Dalam hal tenor, bahwa pasar modal telah menyiapkan pengetatan cukup besar untuk dua hingga tiga tahun mendatang, dan dalam prosesnya mempertajam kurva selisih obligasi jangka pendek dan obligasi jangka panjang. Dirinya meyakini, IndoGB dengan tenor 3-4 tahun tetap menarik untuk investor dalam waktu lama.

(Sandy)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement