IDXChannel - Pemerintah membidik pasar ekspor di beberapa negara di kawasan Amerika Utara, Timur Tengah dan Afrika. Hal ini dilakukan imbas kebijakan tarif resiprokal, tarif dasar baru alias new baseline tariff, dan tarif sektoral yang ditatapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Perluasan pasar ini setelah Kementerian Perdagangan menghitung dampak buruk dari tarif Trump terhadap kinerja neraca perdanganan Indonesia. Tarif resiprokal AS bagi Indonesia sebesar 32 persen, tarif dasar baru 10 persen, dan sektoral 25 persen.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan, pemerintah sudah membidik pasar beberapa negara, sebelum Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif tambahan bea masuk impor untuk negara mitra dagangnya.
Namun, dengan kebijakan proteksionisme perdagangan AS membuat Indonesia gencar merealisasikan kerja sama ekpor-impor di luar AS.
“Sebenarnya sebelum ada kebijakan tarif ini kita sudah fokus untuk membuka berbagai pasar alternatif, pasar non-tradisional. Sudah banyak pasar non-tradisional yang berhasil kita jajaki,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (21/4/2025).
Untuk Amerika Utara, pemerintah segera menuntaskan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Kanada. Perjanjian ini soal memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Indonesia dan Kanada bakal menandatangi perjanjian CEPA. Menurutnya, Kanada menjadi pasar alternatif yang strategis bagi Indonesia.
“Yang terakhir adalah Indonesia-Kanada CEPA, sudah kita selesaikan bulan Desember yang lalu. Mudah-mudahan dalam beberapa waktu yang tidak terlalu lama, bisa kita tandatangani,” katanya.
“Ini juga menjadi pasar alternatif yang sangat menjanjikan, akan menjadi satu pasar tujuan ekspor yang didukung oleh instrumen fasilitasi tarif dan non-tarif di kawasan Amerika Utara,” ujar dia.
Selain itu, Indonesia juga menargetkan pasar Meksiko, Tunisia, Maghribi, Aljazair, Maroko, Libya. Lalu, Uni Emirat Arab (UEA) hingga Mesir.
“Kami akan bisa memberikan peluang yang besar kepada produk-produk yang berasal dari Indonesia untuk bisa dipasarkan di kawasan negara-negara Maghribi, karena Tunisia juga berdekatan dengan Aljazair, berdekatan dengan Maroko, dengan Mesir, Libya, dan ini sangat berpotensi,” kata dia.
Dampak Tarif Trump ke Kinerja Ekspor RI
Djatmiko mengakui, tarif Trump berdampak buruk bagi kinerja ekspor Indonesia. Meski begitu, Kemendag masih mengkaji lebih jauh kerugian yang bisa ditimbulkan dari kebijakan ini.
“Jadi ini tentu pasti memberikan dampak, memberikan dampak berdasarkan, tapi kita belum tahu persis seperti apa dampaknya, besarannya berapa, tapi kita sudah bisa mensimulasi, bila kebijakan tarif ini diterapkan, karena Amerika menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia, tentu akan memberikan implikasi yang tidak sedikit kepada negara-negara di dunia,” ujar dia.
“Ya contoh misalnya Kanada, Meksiko, ya meskipun mereka punya perjanjian, tapi diberikan tadi tarif yang new baseline tariff, tentunya juga akan berdampak," katanya.
"Buat Indonesia, ya ini berdasarkan kalkulasi kami, ini juga bisa menurunkan kinerja ekspor atau impor dengan range yang berbeda-beda untuk masing-masing sektor,” ujarnya.
(Dhera Arizona)