"Saya ingin menyoroti bahwa penurunan peringkat sangat kecil, hanya 0,2 persen yang mencerminkan fakta bahwa pada paruh pertama, pertumbuhan konsumsi swasta lebih rendah dari yang kami perkirakan. Ini mungkin didorong oleh harga pangan yang lebih tinggi," katanya.
"Ini adalah pertumbuhan 6,1 persen untuk tahun 2025, tingkat pertumbuhan yang sangat terhormat untuk konteks negara-negara lain di kawasan ini sehingga ini adalah penyesuaian yang sangat kecil yang mencerminkan hasil pada paruh pertama," tambahnya.
Ekonomi tumbuh 5,8 persen pada kuartal pertama, tetapi dengan konsumsi rumah tangga yang terkendali oleh harga pangan yang tinggi termasuk beras. Pada kuartal kedua, ekonomi tumbuh sebesar 6,3 persen.
Sementara itu, pelonggaran inflasi, pengurangan kebijakan moneter secara bertahap, peningkatan investasi asing langsung (FDI), serta pertumbuhan kemitraan swasta-publik dipandangkan dapat menopang perekonomian ke depan. Penurunan inflasi lebih lanjut juga diprakirakan didorong oleh penyesuaian yang dilakukan oleh Bangko Sentral ng Pilipinas dan langkah-langkah kebijakan non-moneter lainnya.
"Kami percaya bahwa pengetatan moneter yang menentukan dan langkah-langkah lainnya telah membantu mengurangi tekanan inflasi di Filipina, pemotongan tarif baru-baru ini pada beras impor dan langkah-langkah kebijakan non-moneter lainnya membantu mengurangi harga pangan dan akan lebih mengurangi inflasi utama pada akhir tahun," kata Arbatli-Saxegaard.