Sementara alokasi anggaran baru Rp 0,28 miliar untuk pembangunan gapura dan uji masalah sosial. Dan Rp 5 miliar untuk detil desain, FS Bandar Antariksa dan Masterplan.
Kemudian, Laksana melanjutkan, pada saat ini proses yang telah dilakukan yakni, kajian pembuatan naskah urgensi, penentuan lokasi dan committed user. Committed user ini jadi poin penting ini yang akan menentukan sejauh mana bandar antariksa ini memiliki potensi bisnis dan potensi ekonomi yang memadai, sehingga bisa dioperasikan secara berkesinambungan secara jangka panjang.
“Kemudian dilanjutkan feasibillity studies, pengoperasian, secara bersamaan dilakukan pembangunan setelah diperoleh amdal dan dibuat masterplannya. Semua proses tersebut sedang kami lakukan, kami carry over dari LAPAN untuk dieksekusi di bahwa BRIN,” terang Laksana.
Menurut Laksana, kajian awal proses saat ini penentuan lokasi khususnya di daerah Biak, telah dilakukan survei lokasi, dan di situlah diperoleh beberapa lokasi alternatif di daerah yang menjadi bahan pertimbangan tim teknis sejak saat itu.
“Naskah urgensi sudah diselesaikan pada 2019,” tandas Laksana. (TIA)