Capaian tersebut kalah jauh dibanding dua negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, yaitu Thailand yang sebesar 29 persen dan Singapura yang mencapai 41 persen. Bahkan di lingkup Asia, porsi kontribusi tersebut hanya setara dengan seperempat dari kontribusi UMKM China, yang mencapai 60 persen.
"Salah satu penyebab masih rendahnya persentase tersebut di antaranya karena dari sisi produk tidak terpenuhi standar untuk pasar ekspor, khususnya untuk tingkat standar keamanan produk di negara tujuan," ujar Deputi Bidang UKM KemenKopUKM, Hanung Harimba Rahman, dalam acara yang sama.
Karena itu, saat ini KemenkopUKM menurut Hanung masih terus berupaya memperkuat pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang bergerak pada UMKM ekspor dengan basis kemitraan.
Menurut Hanung, target kontribusi UMKM tehadap ekspor non migas diharapkan dapat mencapai 17 persen pada 2024. Guna merealisasikannya, berbagai program dan kegiatan terkait penguatan kinerja dan daya saing UMKM terus digenjot secara lebih maksimal.
"Salah satunya dengan kegiatan sekarang, yaitu pengembangan SDM UKM berbasis kemitraan. Hal ini bertujuan untuk mendorong kemampuan SDM UKM unggul go ekspor," tegas Hanung. (TSA)