Terkait tenggat waktu negosiasi dengan pemerintahan AS, Airlangga memperkirakan sekitar 8 atau 9 Juli 2025.
Pemerintah Indonesia, lanjut Airlangga, terus berkomunikasi secara intensif dengan AS, baik secara tertulis maupun langsung.
"Pemerintah sudah terus berkomunikasi, baik secara tertulis. Jadi kita sudah memberikan Indonesia punya second offer dan ini sudah diterima oleh AS," kata dia.
Komunikasi juga telah dilakukan dengan United States Trade Representative (USTR), Secretary of Commerce, dan Secretary of Treasury AS. Tim negosiasi Indonesia saat ini bersiaga di Washington untuk merespons jika ada perubahan atau klarifikasi lebih lanjut.
Mengenai peran USTR dalam investasi mineral kritis di Indonesia, Airlangga menyoroti AS sudah memiliki kehadiran signifikan dalam mineral kritis seperti tembaga melalui Freeport sejak 1967.
Airlangga menjelaskan, ke depan, mineral kritis sangat dibutuhkan untuk ekosistem industri elektronik, peralatan militer, hingga antariksa.
(NIA DEVIYANA)