Data sebelumnya mencatat ekonomi Jepang mengalami kontraksi pada kuartal I-2025, menyusul melemahnya konsumsi rumah tangga dan investasi swasta. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi domestik belum cukup kuat untuk menyerap guncangan eksternal tambahan.
Dampak kebijakan dagang AS juga mempersulit Bank of Japan (BOJ) dalam menormalisasi kebijakan moneternya. BOJ tengah mempertimbangkan kenaikan suku bunga lanjutan dan pengurangan neraca keuangan, namun tekanan eksternal membuat langkah tersebut penuh risiko.
Jika situasi memburuk, analis memperkirakan BOJ dapat menunda atau bahkan membatalkan agenda pengetatan kebijakan, sehingga Jepang berpotensi kembali masuk ke siklus pertumbuhan rendah dan ketergantungan stimulus, yang telah membayangi ekonomi negara tersebut selama lebih dari dua dekade.
(Ibnu Hariyanto)