IDXChannel – Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) menyebut pasar domestik sudah rebound lebih cepat dari perkiraan awal. Pasalnya, pada 2020 industri keramik mengalami penurunan tajam lantaran penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Ketua Umum ASAKI (Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia), Edy Suyanto mengatakan pasar domestik rebound lebih cepat dari perkiraan awal, dimana permintaan keramik mulai ada peningkatan sejak Juli 2020.
“Salah satu indikator utamanya adalah membaiknya tingkat utilisasi pada produksi di industri keramik yang dimulai Juli 2020 hingga saat ini. Pada posisi semester I 2021, tingkat utilisasi sudah mendekati 75 persen. Artinya itu merupakan tingkat utilisasi tertinggi semenjak 2014,” ujarnya dalam Market Review di IDX Channel, Rabu (14/7/2021).
Ia menuturkan, pada tahun 2020 industri keramik sempat mengalami penurunan yang tajam pada kuartal II akibat adanya penerapan PSBB, dimana kapasitas industri keramik turun 30 persen.
Terkait hal itu, industri keramik sempat melakukan pengurangan karyawan sebanyak 15.000 orang. Namun, kata Edy, itu tidak berlangsung lama. Mulai Juli 2021 tren sudah mulai membaik.
Lebih lanjut, bangkitnya industri keramik tak jauh dari dukungan daya saing industri keramik yang lebih cepat pulih dan meningkat. Selain itu, adanya pemberian stimulus harga gas tentang migas dolar oleh pemerintah yang mulai efektif pada April 2020.
“Menurut kami ini merupakan suatu stimulus yang sangat tepat sasaran karena datangnya di waktu yang tepat. Jadi bisa memberikan dampak luar biasa,” ucapnya.
Mengapa harga gas itu penting, Edy menjelaskan karena komponen biaya produksi keramik yang paling besar itu 30 persen ada pada biaya gas. Sehingga secara otomatis harga gas yang sebelumnya di Jawa Barat senilai US$ 9,17 per mmBTU turun menjadi US$ 6 per mmBTU.
Kemudian, pada Industri keramik di wilayah Jawa Timur sebelumnya US$ 7,98 per mmBTU turun menjadi USD 6 per mmBTU. Sehingga dengan adanya stimulus ini menjadikan suatu titik balik dari kebangkitan industri keramik.
Selanjutnya yang menjadikan industri keramik bisa meningkatkan utilisasi, lantaran adanya pelarangan pemakaian produk impor bahan bangunan untuk konstruksi dan properti dari Kementerian PUPR diakhir tahun.
“Ini kami sudah cek dilapangan dan sudah berjalan cukup baik di tahun 2021. Kebanyakan di pemerintahan terutama di Kementerian PUPR, ini semuanya sudah menggunakan bahan bangunan dalam negeri, khususnya produk sanitary maupun genteng yang tergabung di dalam ASAKI,” terangnya.
Selain itu, hal pendukung lainnya yaitu pemberian insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada sektor properti yang diperpanjang hingga akhir Desember 2021, dimana hal ini akan menggairahkan pasar properti.
Edy menambahkan di bulan Juni industri keramik telah mendapat dukungan oleh Kementerian Perindustrian dengan diberikannya fasilitasi business matching.
“Kami sungguh berterima kasih atas atensi dan dukungan yang luar biasa untuk kemajuan industri keramik dengan memfasilitasi business matching,”ungkapnya.
Sebagai informasi, pada bulan lalu ASAKI telah menandatangani MoU kerjasama antara ASAKI dengan REI, HIMPERA, dan APERSI. Dari pengembang lokal tersebut tergerak bersama-sama mencintai produk dalam negeri dengan menggunakan produk keramik untuk projek-projek mereka.“Semua itu adalah katalis positif yang membuat kami bisa reborn lebih cepat,”tutupnya. (TIA)