IDXChannel - Inflasi di Amerika Serikat sudah mencapai 8% sehingga dikhawatirkan akan memicu naiknya suku bunga AS oleh The Fed.
Ekonom sekaligus Direktur CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan tingkat suku bunga AS atau The Fed Rate yang excessive atau berlebihan, yang bahkan bisa 3-4 kali kenaikannya di tahun 2022 bisa memicu terjadinya resesi ekonomi.
"Hal ini karena terjadi kenaikan biaya bunga atau cost of fund bagi pelaku usaha, khususnya pelaku usaha yang memiliki rasio utang yang cukup tinggi, mereka akan kesulitan membayar pinjaman sementara tidak semua permintaan mengalami kenaikan. Belum semua permintaan mengalami kenaikan seperti di level pra-pandemi," ujar Bhima kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Rabu(8/6/2022).
Dia menyebutkan, sudah terjadi disrupsi rantai pasok, dan sebelumnya sudah ada konflik di Ukraina-Rusia yang mendorong kenaikan harga pangan dan energi. Ini akhirnya menjadi beban bagi pemulihan ekonomi di hampir seluruh negara.
"Kenaikan suku bunga yang berlebihan juga akan memicu larinya modal asing secara masif terutama kembali ke aset-aset yang dinilai aman sehingga mereka akan mengurangi investasi di negara-negara berkembang atau emerging market. Situasi ini bisa berdampak ke pemulihan ekonomi Indonesia yang tumbuh 5% bisa terkoreksi bahkan bisa kembali minus," ungkap Bhima.