IDXChannel - Inflasi negeri Paman Sam periode September 2022 telah diumumkan semalam (Kamis, 13/10/2022). Inflasi AS mengalami kenaikan sebesar 8,2% secara year on year (yoy).
Angka ini lebih rendah dibanding periode Agustus 2022 sebesar 8,3% yoy, dan Juli 2022 yang mencapai 8,5% yoy.
Namun, inflasi inti naik sebesar 6,6% yoy dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1982. Sedangkan inflasi inti bulanan (MoM) naik 0,6%. (Lihat grafik di bawah ini.)
Inflasi inti diukur dengan menghitung indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti atau core personal consumption expenditures (PCE). PCE mewakili harga barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen di AS.
PCE merupakan indikator penting dalam menentukan inflasi. Perhitungan PCE inti dan inflasi umum keduanya membantu menentukan seberapa besar inflasi dalam sebuah perekonomian.
Meskipun inflasi inti mengukur perubahan harga barang dan jasa, namun tidak termasuk makanan dan energi. Inflasi inti juga diukur untuk mengetahui perubahan tren pembelian konsumen.
Dalam hal inflasi inti, mengutip Trading Economics, indeks untuk pengukuran tempat tinggal, perawatan medis, asuransi kendaraan bermotor, kendaraan baru, perabot dan operasi rumah tangga, dan pendidikan termasuk di antara yang meningkat selama bulan September lalu di AS.
Biaya perumahan naik paling tinggi sejak awal 1980-an. Hal ini disebabkan karena pasar tenaga kerja yang kuat terus mendorong peningkatan harga sewa properti.
Tingginya biaya perumahan inilah yang dapat membuat inflasi inti tetap tinggi selama berbulan-bulan.
Sementara harga jasa juga cenderung naik mencapai 9,9%. Kondisi ini juga menjadi tingkat paling tajam sejak 1982.
Sebagai contoh, harga jasa untuk layanan perbaikan kendaraan bermotor naik 2,2% pada September dari bulan sebelumnya. Layanan dokter hewan dan penitipan anak dan prasekolah juga meningkat 2% bulan lalu.
The Fed Diproyeksi Masih Akan Agresif
Inflasi inti yang tinggi ini masih dikhawatirkan akan menekan The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga lebih agresif lagi. Hal ini dilakukan untuk mendorong penurunan harga kembali ke level terendahnya.
The Fed secara agresif menaikkan suku bunga untuk memperlambat kenaikan harga ini. Jika suku bunga naik, harga menjadi tinggi, maka diharapkan akan mengerem konsumen untuk terus membelanjakan uang mereka dan kemudian akan memperlambat kenaikan harga-harga.
Menurut ekspektasi The Fed, berdasarkan basis perubahan 12 bulan, total inflasi harga PCE sebenarnya diperkirakan berada di level 5,1% pada 2022, dan inflasi inti diperkirakan 4,3%.
Pejabat The Fed dalam pertemuan kebijakan bulan September bahkan menyatakan keprihatinan tentang persistensi inflasi yang tinggi.
Bulan lalu, federal funds rate (FFR) naik sebesar 0,75 poin persentase yang menjadi peningkatan kelima sejak Maret, ke kisaran antara 3% dan 3,25%. Laju kenaikan suku bunga ini menjadi paling cepat sejak awal 1980-an.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada akhir September bahwa bank sentral akan terus menaikkan suku bunga dan mempertahankannya tetap tinggi sampai dipastikan bahwa inflasi telah dijinakkan.
Hampir semua pejabat Fed berharap kenaikan suku bunga acuan mencapai antara 4% dan 4,5% pada akhir tahun ini.