"Implementasi energi transisi yang tidak matang dapat menyebabkan Indonesia menjadi rentan ketika terjadi gangguan pasokan baik dalam negeri maupun dalam konteks global seperti saat ini," ujarnya.
Menurut Widhyawan, sebagai negara eksportir batu bara yang besar, Indonesia sangat diuntungkan dengan adanya kenaikan harga. Sementara sebagian dari LNG Indonesia juga ada yang di ekspor dan tentunya hal ini menguntungkan.
Namun, tekanan berat memang tak bisa dihindari dari komoditas minyak mentah, kenaikan harga BBM dan LPG. Sebab sebagian besar kebutuhan Indonesia masih impor.
"Terutama LPG yang ketergantungan impornya sudah mendekati 70%. Impor sekitar 6 juta ton per tahun untuk kebutuhan sekitar 8,8 juta ton per tahun," katanya.
Dia menambahkan, untuk kepentingan nasional, sebaiknya harga minyak tidak terlalu tinggi. Hal itu karena akan meningkatkan beban pemerintah berupa subsidi yang lebih tinggi, karena harga yang ditentukan pemerintah tidak mudah disesuaikan di tengah kondisi Covid-19.